Jumat, 25 Mei 2012

Konsep Oksigenasi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kita menganggap bahwa pernapasan yang baik sebagai sesuatu yang wajar sehingga kita menyadari kita secara terus-menerus bernapas. Jika ada gangguan dalam pernapasan baru kita mengingat bahwa oksigen sangatlah penting. Kekurangan oksigen dalam beberapa menit saja dapat berakibat fatal bagi organ-organ pernapasan di dalam tubuh kita, bahkan bisa mengakibatkan kematian. Oksigen(O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya, oksigen hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida(CO2) dan air(H2O). Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru-paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. (Standar Pelayanan Keperawatan diICU,Dep.Kes.RI,2005).
Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20% pada tekanan 1 atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21%, (Brunner&Suddarth,2001). Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Titin, 2007, terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara:
1.Meningkatkan kadar oksigen inspirasi/FiO2(Orthobarik)
2.Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik Dalam makalah ini akan dibahas tentang penanganan pada gangguan pernapasan dengan macammacam pemberian oksigen.





B.     Tujuan

1.      Agar kita lebih mengetahui proses pernapasan itu terjadi dan semua yang berhubungan dengan proses pernapasan.

2.      Untuk mengetahui metode – metode pemberian oksigen.

C.     Rumusan Masalah

1.      Pengertian oksigen dan oksigenisasi
2.      Anatomi fisiologi pernapasan
3.      Apa saja jenis – jenis pernapasan
4.      Sebutkan langkah - langkah dalam proses oksigenasi
5.      Jelaskan terjadinya proses pernapasan
6.      apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi pernapasan
7.      Gejala – gejala oksigenisasi
8.      Hubungan keseimbangan asam basa
9.      Metode – metode pemberian oksigenisasi



                               
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
B.     Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.
1.      Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.
Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :
a.       Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
b.      Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
c.       Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
d.      Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal interkosa, otot abdominal. 
2.      Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan karbondioksida  di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.
3.      Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
C.     Anatomi Paru-Paru



Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu  :
1.      Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.
2.      Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin, 1997).
Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di sini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih.
            Dari Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara hingga suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn C. P, 2002).


2
 





D.    Fungsi Pernafasan

Fungsi pernafasan antara lain :

1.      Mengambil O2 (oksigen)                                   
Yaitu dengan cara menghirup udara melalui nasal atau oris
2.      Mengeluarkan CO2 (karbondioksida) sisa pembakaran
Yaitu menghembuskan nafas melalui nasal atau oris
3.      Meningkatkan dan melembabkan udara.
4.      Melindungi sistem pernafasan dan jaringan lain dari serangan patogenik.
5.      Untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara, bernyanyi, berteriak dan menghasilkan suara.

E.     Organ-Organ Pernafasan
1.      Hidung (nasal)
Hidung mempunyai 2 (dua) rongga yang dibagi oleh suatu sekat yang disebut septumnasi. Dinding bagian dalam rongga hidung (capum nasi) terdiri dari selaput lendir yang berfungsi menetralisir suhu dan kelembaban udara yang masuk sehingga tidak berbeda dengan suhu tubuh. Dibagian dalam rongga hidung terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi menyaring debu/ kotoran yang masuk kedalam hidung pada saat bernapas.

2.      Tekak (faring)
Merupakan suatu rongga yang menyambung antara cavumnasi dengan laring. Faring terletak dibelakan rongga hidung, rongga mulut dan didepan kerongkongan bagian atas. Tekak terbagi atas 3 (tiga) bagian:

a.       Bagian atas disebut nasofaring
b.      Bagian tengah disebut orofaring
c.       Bagian bawah disebut laringo faring

3.      Pangkal tenggorokan (laring)
Laring terletak dibawah epiglotis hingga dibawah jakun. Bentuknya seperti pipa bulat, terdiri dari kepingan-kepingan tulang rawan yang diikat oleh pigmen dan membran. Pada bagian ini terdapat pita suara. Dinding laring bagian dalam terdiri dari selaput lendir yang berguna untuk menyesuaikan suhu dan kelembaban udara yang .masuk agar sesuai dengan suhu tubuh.
Laring terdiri dari 5 (lima) tulang rawan, sebagai berikut:

a.       Kartilago tiroid (1 buah) dengan jakun.
b.      Kartilago ariteanoid (2 buah) berbentuk beker.
c.       Kartilago krikoid (1 buah) berbentuk cincin.
d.      Kartilago epiglotis (1 buah).

4.      Batang tenggorokan (trachea)
Bentuknya seperti pipa, terletak dari faring hingga sebatas vertebralis thorakalis ke 5. Tersusun dari 16 hingga 20 buah cincin tulang rawan yang bagian belakangnya diikat oleh jaringan fibrosa dan otot. Bagian dalamnya dilapisi oleh selaput lendir, yang berguna untuk menyesuaikan udara yang masuk. Pada trachea terdapat sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama – sama dengan udara pernafasan.



5.      Cabang trachea (bronkus)
Ada 2 buah bronkus yaitu bagian kiri dan kanan. Bronkhus kanan lebih pendek dari bronchus kiri. Bronkhus bercabang lagi menjadi bronchus paru-paru yaitu bronchus paru atas, bronchus paru tengah dan bronchus paru bawah. Cabang bronchus yang besar disebut segmenlobus dan cabang selanjutnya disebut segmen bronchus.

6.      Cabang bronkus (bronkhiolus) terdapat didalam paru-paru.
Cabang bronkhiolus banyak sekali dengan garis tengah 1 mm. Diujung bronkhiolus terdapat suaru kantong udara yang disebut alveoli.


7.      Kantong udara (alveoli) merupakan akhir dari bronkhiolus.
Alveoli membentuk kelompok-kelompok yang disebut asinus, yang merupakan unit fungsional paru-paru. Disini terjadi pertukaran oksigen dari udara dan karbondioksida dari darah. Alveoli dikelilingi pembuluh darah atau kapiler.

8.      Paru-paru.
Bentuknya seperti kerucut, berada didalam rongga thorak yang diselaputi oleh pleura.Diantara paru kanan dan kiri terdapat jantung. Paru-paru terdapat atas bagian-bagian oleh celah-celah yang disebut lobus.

a.       Paru-paru kanan terdiri atas lobus superior, lobus medius dan lobus inferior
b.      Paru-paru kiri terdiri atas lobus superior dan lobus inferior.
Setiap lobus terdiri dari lobula-lobula yaitu kumpulan dari alveoli.
c.       Kapasitas paru-paru
Merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya. Waktu ekspirasi udara di dalam paru-paru masih tertinggal ± 3 liter, sedangkan pada waktu pernapasan tertinggal ± 2 ½ liter.



F.      Proses Terjadinya Pernafasan
Udara dari atmosfer masuk melalui hidung (nasal), lalu ke konka nasal. Di konka nasal terdapat mukosa yang berfungsi melembapkan udara dan kotoran, sehingga debu menenpel pada bulu hidung yang berfungsi menyaring udara dari debu. Kemudian masuk ke nasofaring lalu ke faring, lalu masuk ke trakea, lalu ke cabang trakea yaitu bronkus, setelah itu masuk ke percabangan bronkus yaitu bronkeolus, lalu menuju ujung bronkeolus yang terdapat alveolus.

Di alveolus terjadi pertukaran gas O2 dan CO2, dimana O2 masuk ke pembuluh darah dan di ikat oleh hemoglobin, di bawa ke jantung dan di sebarkan ke seluruh tubuh yaitu sel, lalu sisa pernafasan yaitu CO2  dibawa ke jantung dan di pompa ke paru-paru, CO2 keluar dari pembuluh darah ke alveoli dan dibawa keluar dari tubuh melalui saluran pernafasan.

G.    Macam-macam Pernafasan

1.      Pernapasan dada.

Pada saat bernapas, rangka terbesar bergerak. Ini terjadi pada rangka lunak yaitu pada orang-orang muda dan perempuan.
Pernafasan dada biasanya tejadi saat lelah, tidur dan orang yang sesak.
2.      Pernapasan perut

Pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka biasanya terjadi pada orang tua. Jika tulang rawannya tidak begitu lembek yang disebabkan banyak zat kapur mengendap di dalamnya dan ini banyak kelihatan pada pria.
Biasanya ini terjadi pada saat santai, duduk, dan lain-lain.

H.    Fisiologi Pernafasan

1.     Pengendalian pernapasan

Proses pernapasan dikendalikan oleh kimiawi dan syaraf. Pada proses kimiawi, karbondioksida merangsang saraf di medulla oblongata dan disalurkan lewat saraf phrenikus dan saraf interkostalis yang selanjutnya menuju otot-otot pernapasan (otot diafragma atau interkostalis). Otot ini berkontraksi sehingga terjadilah pernapasan.


2.                  Kecepatan pernapasan

Napas wanita lebih cepat dari pria. Patokan normalnya sebagai berikut (sumber Fundamental Of Nursing, Lilis Taylor, Lippincott, 1997) :
a.                   Bayi usia< 1 tahun : 30 – 60 X/Menit.
b.                  Anak usia 1-5 tahun : 20 – 40 X/Menit
c.                   Anak usia 6 – 12 tahun : 15 – 25 X/Menit
d.                  Dewasa : !6 – 20 X/Menit.

3.                  Kebutuhan tubuh akan oksigen

Oksigen diperlukan oleh tubuh pada tingkat metabolisme sel. Sel tubuh yang tidak memperoleh oksigen akan mengalami kerusakan dan mati. Bila seseorang kekurangan oksigen akan terlihat kebiru-biruan pada ujung telunjuk tangan, bibir serta ujung telinga.

I.       Faktor-faktor yang mempengaruhi pernafasan

1.      Faktor Fisiologi
-          Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia
-           Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas.
-          Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu.
-          Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.
-          Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.

2.      Faktor Perkembangan
Faktor perkembanganTahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhanoksigenasi karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak.
-          Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfactant
-          Bayi dan toddler : adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
-          Anak usia sekolah dan remaja : resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
-          Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
-          Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.

3.      Faktor Perilaku
Perilaku yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok dan lain-lain.
-          Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.-
-          Latihan, exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
-          Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
-          Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.
-          Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkatkan.
4.      Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi,seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi. Riwayat penyakit : orang yang memiliki riwayat penyakit paru dan masih diderita hingga kini dan orang yang mengalami perubahan fungsi pernafasan mengalami berbagai tingkat kesulitan pernafasan di lingkungan yang berpolusi. Beberapa orang tidak dapat melakukan perawatan diri dalam lingkungan seperti ini.
-          Suhu lingkungan: Semakin tinggi suhu lingkungan maka metabolisme tubuh dan peredaran darah semakin cepat sehingga kebutuhan akan O2 akan semakin tinggi, maka otak akan memberikan respon untuk bernapas lebih banyak dari yang semula.
-          Ketinggian tempat dari permukaan laut: Semakin tinggi lingkungan suatu daerah, maka jumlah oksigen yang tersedia semakin tipis, shingga tubuh harus berusaha mendapatkan O2 lebih banyak, dengan respon dari otak untuk bernapas lebih cepat.

5.      Faktor Emosi

Percepatan frekuensi nadi merupakan suatu reaksi tubuh terhadap emosi seperti takut, cemas dan marah. Menerangkan bahwa kerja jantung dipengaruhi oleh impuls dari pusat yang lebih tinggi di otak dengan jalan hypotalamus yang menstimulasi pusat cardiac (Penghambat dan pemacu jantung) di medulla otak. Jaringan penggerak pusat tersebut membawa impuls ke para sympatis nerves dan sympatis yang kemudian mengirim impuls ke jantung.

6.      Faktor Kesehatan

Pada orang sehat, sistem cardio vaskuler sering mempengaruhi distribusi oksigen dalam sel tubuh. Penyakit sistem pernafasan dapat menyebabkan hypoxemia, karena hemoglobin membawa oksigen dan karbondioksida.

7.      Faktor Latihan

Latihan fisik atau aktifitas meningkatnya pernafasan dan kebutuhan oksigen dalam tubuh. Mekanisme yang mendasarinya tidak banyak diketahui. Walaupun demikian hal ini menerangkan bahwa beberapa faktor yang terlibat didalamnya antara lain kimiawi, neural dan perubahan.

8.      Faktor Gaya hidup
Olah raga fisik atau aktivitas fisik meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafsan dan oleh karena itu juga meningkatkan suplai oksigen didalam tubuh.

J.       Masalah-masalah umum oksigenasi
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Ventilasi)
Adalah suatu kondisi dimana individu tidak mampu untuk batuk secara efektif.
2. Kerusakan pertukaran gas (Kerusakan pada fisiologi Difusi)
Kondisi dimana terjadinya penurunan intake gas antara alveoli dan sistem vaskuler

3. Pola nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Transportasi)
Adalah Suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi berhubungan dengan perubahan pola nafas. Hiperpnea atau hiperventilasi akan menyebabkan penurunan PCO2


K.    Gangguan / Masalah Kebutuhan Oksigenasi

1.      Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhanoksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan tanda sepertikulit kebiruan (sianosis). 
Kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali.
Di dalam tubuh manusia terdapat suatu sistem kesetimbangan yang berperan dalam menjaga fungsi fisiologis tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Salah satu proses adaptasi yang dilakukan oleh tubuh manusia adalah beradaptasi terhadap perubahan ketinggian yang tiba-tiba. Jika seseorang yang bertempat tinggal di Jakarta dengan ketinggian 0 km dari permukaan laut (dpl) pergi dengan pesawat terbang ke Mexico City dengan ketinggian 2,3 km dpl, maka setelah tiba di Mexico City akan merasa pusing, mual, atau rasa tidak nyaman lainnya.


2.      Perubahan Pola Pernapasan
a.       Takipnea, merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24kali per menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaanatelektaksis atau terjadi emboli.
b.      Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ±10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial yang di sertai narkotik atausedatif.
c.       Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasimetabolisme tubuh yang melampau tinggi dengan pernapasan lebihcepat dan dalam, sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigendalam paru-paru. Proses ini di tandai adanya peningkatan denyutnadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasiCO2 dan lain-lain.
d.      Kussmaul, merupaka pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic
e.       Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkankarbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, sertatidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.
f.       Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapatdisebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebuhan, dan pengaruh psikis.
g.      Ortopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yangmengalami kongesif paru-paru.
h.      Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonyamula-mula nik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasandimulai lagi dari siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur.
i.        Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektasis.
j.        Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengancheyne stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur.
k.      Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditmukan pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring.

3.      Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada induvidudengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait denganketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dpat disebabkan olehsecret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi;immobilisasi; statis skreasi; serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), akibat efek  pengobatan sedative, dan lain-lain.Tanda klinis :
a.       Batuk tidak efektif atau todak ada
b.      Tidak mampu mengelurakan secret di jalan napas
c.       Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
d.      Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal

4.      Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yangmengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antar alveoli paru-paru dan system vascular. Hal ini dapat disebabkan olehsecret yang kental atau immobilisasi akibat system saraf; depresisusunan saraf pusat; atau penyakit radang pada paru-paru. Terjadinyagangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa penurunankapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paruke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya,keracunan CO2, dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitasdifusi tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasioventilasi perfusi yang itdak baik.Tanda klinis: 
a.       Dispea pada usaha napas
b.      Agistasi
c.       Lelah, alergi
d.      Meningkatnya tahanan vascular paru-paru
e.       Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO27(Sianosis)

L.     Pemeriksan Fisik
1.       Inspeksi
a.       Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
b.      Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
c.       Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
d.      Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.
e.       Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
f.       Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
g.      Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COPD
h.      Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.
i.        Kelainan pada bentuk dada :
1)       Barrel Chest
Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
2)      Funnel Chest (Pectus Excavatum)
Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
3)      Pigeon Chest (Pectus Carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
4)      Kyphoscoliosis
Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu pergerakan paru-paru, dapat timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.
Kiposis : meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis menyebabkan klien tampak bongkok.
Skoliosis : melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral
j.        Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
k.      Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.

2.      Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.

3.      Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi :
Suara perkusi normal :
Resonan (Sonor)
Dullness
Tympany
: bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.
: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
: musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.


Suara Perkusi Abnormal :
Hiperresonan
Flatness
: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara.
: sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.
4.      Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara dengan menggunakan stetoskop.
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih
Suara nafas normal :
a)      Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
b)      Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
c)      Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.

Suara nafas tambahan :
A)    Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit.
B)    Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum
C)    Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat bernafas dalam.
D)    Crackles
§  Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
§  Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.



M.   Hubungan Asam Basa (pH) Dengan Oksigenasi

1.      Rentang nilai normal
pH             : 7, 35-7, 45                                         TCO2               : 23-27 mmol/L
PCO2         : 35-45 mmHg                                      BE                   : 0 ± 2 mEq/L
PO2            : 80-100 mmHg                                    saturasi O2        : 95 % atau lebih
HCO3        : 22-26 mEq/L
N.    Masalah-masalah oksigenasi
Tabel gangguan asam basa:
Jenis gangguan
pH
PCO2
HCO3
Asidosis respiratorik akut
N
Asidosis respiratorik terkompensasi sebagian


Asidosis respiratorik terkompensasi  penuh
N
Asidosis metabolik akut
N
Asidosis metabolik terkompensasi sebagian



Asidosis metabolik terkompensasi penuh
N
Asidosis respiratorik dan metabolik
Alkalosis respiratorik akut


N
Alkalosis respiratorik tekompensasi sebagian
Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh
N
Alkalosis metabolik akut
N
Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian
Alkalosis metabolic terkompensasi penuh
N
Alkalosis metabolik dan respiratorik



1.      Asido

1.      Asidosis Respiratorik
Defenisi :
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
 Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.

Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
-Emfisema
-Bronkitiskronis
Pneumonia berat
Edemapulmone
- Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.

2.      Asidosis Metabolik
Defenisi :
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
                   Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1.      Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2.      Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3.      Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya.Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik:
a.       Gagal ginjal
b.      Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
c.       Ketoasidosis diabetikum
d.      Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
e.       Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
f.       Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.

3.      Alkalosis Respiratorik
Defenisi :
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
     Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
- rasa nyeri
sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.
     Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
4.      Alkalosis Metabolik
Defenisi :
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
 Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
N. Metode Pemberian (Oksigen) O2
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem aliran rendah
Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah ini adal;ah : (1) kataeter naal, (2) kanula nasal, (3) sungkup muka sederhana, (4) sungkup muka dengan kantong rebreathing, (5) sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :
a.       Kateter nasal



Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
-          Keuntungan
Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
-          Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.
b.      Kanula nasal 
 
 
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
-          Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
-          Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
c.       Sungkup muka sederhana 
 
 


Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%.
 -          Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
-          Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
d.      Sungkup muka dengan kantong rebreathing



 
 
 

Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12 L/mnt

-          Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir

-          Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
e.       Sungkup muka dengan kantong non rebreathing



 


Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
-          Keuntungan :
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
-          Kerugian
Kantong O2 bisa terlipat.

2. Sistem aliran tinggi
Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebihtepat dan teratur.
Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.
-          Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2
-          Kerugian
Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran rendah.















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
-          Proses Oksigenasi :
v  TransfortasiGas
v  Ventilasi
v  DifusiGas
-          Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
v  Saraf Otonomik
v  Alergi pada SaluranNapas
v  Perkembangan
v  Perilaku
v  Li ngku ngan
-          Jenis Pernapasan
v  Pernapasan Eksternal
v  Pernapasan Internal
-          2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa
v  Asidosis
v  Alkalosis

B.     Saran
     Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Untuk itu diharapkan bagi calon perawat agar dapat meningkatkan pelayanan pemenuhan kebutuhan manusia dikemudian hari.



















DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/29823597/MAKALAH-konsep-dasar-manusia
Allen, CarolVestal, 1998,MemahamiProses Keperawatan DenganPendekatan
Latihan,, alih
A.Aziz Alimul H.Pengantar Kebutuhan DasarManusia. SalembaMedika. 2006 .
Jakarta.
Greven, Ruth, 1999, fundamental of nursing: human health and function,
Philadelphia: lippincott. bahasa Cristantie Effendy, Jakarta: EGC
Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States
of America : Mosby.
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes
Classification. United States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis
Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.
Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :EGC.


  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar