BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita menganggap bahwa pernapasan yang baik sebagai sesuatu yang wajar sehingga kita menyadari kita secara terus-menerus bernapas. Jika ada gangguan dalam pernapasan baru kita mengingat bahwa oksigen sangatlah penting. Kekurangan oksigen dalam beberapa menit saja dapat berakibat fatal bagi organ-organ pernapasan di dalam tubuh kita, bahkan bisa mengakibatkan kematian. Oksigen(O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya, oksigen hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida(CO2) dan air(H2O). Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru-paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. (Standar Pelayanan Keperawatan diICU,Dep.Kes.RI,2005).
Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20% pada tekanan 1 atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21%, (Brunner&Suddarth,2001). Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Titin, 2007, terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara:
1.Meningkatkan kadar oksigen inspirasi/FiO2(Orthobarik)
2.Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik Dalam makalah ini akan dibahas tentang penanganan pada gangguan pernapasan dengan macam–macam pemberian oksigen.
B. Tujuan
1. Agar kita lebih mengetahui proses pernapasan itu terjadi dan semua yang berhubungan dengan proses pernapasan.
2. Untuk
mengetahui metode – metode pemberian oksigen.
C. Rumusan
Masalah
1. Pengertian oksigen dan oksigenisasi
2. Anatomi fisiologi pernapasan
3. Apa saja jenis – jenis pernapasan
4.
Sebutkan langkah -
langkah dalam proses oksigenasi
5.
Jelaskan terjadinya
proses pernapasan
6. apa saja faktor – faktor yang
mempengaruhi pernapasan
7. Gejala – gejala oksigenisasi
8. Hubungan keseimbangan asam basa
9. Metode – metode pemberian oksigenisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Oksigen
(O2) adalah
satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida
(CO2) sebagai hasil sisa oksidasi. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem
respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
B. Sistem
Pernafasan
Sistem pernafasan terdiri dari organ
pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas
dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen
dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15
kali per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi
paru dan difusi.
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar
masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi
membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan
yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma
dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada
vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan
tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi
tekanan intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760
mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.
Kepatenan Ventilasi terganutung pada
faktor :
a.
Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan
napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
b.
Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
c.
Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
d.
Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal
interkosa, internal interkosa, otot abdominal.
2.
Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru
untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen
dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9%
dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi
variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi
penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.
3. Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke
dalam aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari
darah ke dalam alveoli. Difusi
adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area
konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan
membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan
mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di
alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60
mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya
dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan
pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
C. Anatomi Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah organ
yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara atau alveoli. Paru-paru
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Paru-paru kanan, terdiri dari 3
lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.
2. Paru-paru kiri, terdiri dari 2
lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin, 1997).
Bronkhus
terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di
sini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia
diganti dengan sel epitelium yang pipih.
Dari Vestibula berjalan beberapa
Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong
udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan
di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara hingga suatu jaringan
pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.
(Evelyn C. P, 2002).
D. Fungsi Pernafasan
Fungsi
pernafasan antara lain :
1. Mengambil
O2 (oksigen)
Yaitu
dengan cara menghirup udara melalui nasal atau oris
2. Mengeluarkan
CO2 (karbondioksida) sisa pembakaran
Yaitu
menghembuskan nafas melalui nasal atau oris
3. Meningkatkan
dan melembabkan udara.
4. Melindungi
sistem pernafasan dan jaringan lain dari serangan patogenik.
5. Untuk
pembentukan komunikasi seperti berbicara, bernyanyi, berteriak dan menghasilkan
suara.
E.
Organ-Organ
Pernafasan
1. Hidung
(nasal)
Hidung mempunyai 2
(dua) rongga yang dibagi oleh suatu sekat yang disebut septumnasi. Dinding
bagian dalam rongga hidung (capum nasi) terdiri dari selaput lendir yang
berfungsi menetralisir suhu dan kelembaban udara yang masuk sehingga tidak
berbeda dengan suhu tubuh. Dibagian dalam rongga hidung terdapat bulu-bulu
halus yang berfungsi menyaring debu/ kotoran yang masuk kedalam hidung pada
saat bernapas.
2. Tekak
(faring)
Merupakan suatu rongga
yang menyambung antara cavumnasi dengan laring. Faring terletak dibelakan
rongga hidung, rongga mulut dan didepan kerongkongan bagian atas. Tekak terbagi
atas 3 (tiga) bagian:
a. Bagian
atas disebut nasofaring
b. Bagian
tengah disebut orofaring
c. Bagian
bawah disebut laringo faring
3. Pangkal
tenggorokan (laring)
Laring terletak dibawah
epiglotis hingga dibawah jakun. Bentuknya seperti pipa bulat, terdiri dari
kepingan-kepingan tulang rawan yang diikat oleh pigmen dan membran. Pada bagian
ini terdapat pita suara. Dinding laring bagian dalam terdiri dari selaput
lendir yang berguna untuk menyesuaikan suhu dan kelembaban udara yang .masuk
agar sesuai dengan suhu tubuh.
Laring terdiri dari 5
(lima) tulang rawan, sebagai berikut:
a. Kartilago
tiroid (1 buah) dengan jakun.
b. Kartilago
ariteanoid (2 buah) berbentuk beker.
c. Kartilago
krikoid (1 buah) berbentuk cincin.
d. Kartilago
epiglotis (1 buah).
4. Batang
tenggorokan (trachea)
Bentuknya seperti pipa,
terletak dari faring hingga sebatas vertebralis thorakalis ke 5. Tersusun dari
16 hingga 20 buah cincin tulang rawan yang bagian belakangnya diikat oleh
jaringan fibrosa dan otot. Bagian dalamnya dilapisi oleh selaput lendir, yang berguna
untuk menyesuaikan udara yang masuk. Pada trachea terdapat sel-sel bersilia
gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama – sama dengan
udara pernafasan.
5. Cabang
trachea (bronkus)
Ada 2 buah bronkus
yaitu bagian kiri dan kanan. Bronkhus kanan lebih pendek dari bronchus kiri.
Bronkhus bercabang lagi menjadi bronchus paru-paru yaitu bronchus paru atas,
bronchus paru tengah dan bronchus paru bawah. Cabang bronchus yang besar
disebut segmenlobus dan cabang selanjutnya disebut segmen bronchus.
6. Cabang
bronkus (bronkhiolus) terdapat didalam paru-paru.
Cabang bronkhiolus
banyak sekali dengan garis tengah 1 mm. Diujung bronkhiolus terdapat suaru
kantong udara yang disebut alveoli.
7. Kantong
udara (alveoli) merupakan akhir dari bronkhiolus.
Alveoli membentuk
kelompok-kelompok yang disebut asinus, yang merupakan unit fungsional
paru-paru. Disini terjadi pertukaran oksigen dari udara dan karbondioksida dari
darah. Alveoli dikelilingi pembuluh darah atau kapiler.
8. Paru-paru.
Bentuknya seperti kerucut,
berada didalam rongga thorak yang diselaputi oleh pleura.Diantara paru kanan
dan kiri terdapat jantung. Paru-paru terdapat atas bagian-bagian oleh
celah-celah yang disebut lobus.
a. Paru-paru
kanan terdiri atas lobus superior, lobus medius dan lobus inferior
b. Paru-paru
kiri terdiri atas lobus superior dan lobus inferior.
Setiap lobus terdiri dari lobula-lobula yaitu kumpulan dari alveoli.
Setiap lobus terdiri dari lobula-lobula yaitu kumpulan dari alveoli.
c. Kapasitas
paru-paru
Merupakan
kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya. Waktu ekspirasi udara
di dalam paru-paru masih tertinggal ± 3 liter, sedangkan pada waktu pernapasan
tertinggal ± 2 ½ liter.
F. Proses Terjadinya Pernafasan
Udara
dari atmosfer masuk melalui hidung (nasal), lalu ke konka nasal. Di konka nasal
terdapat mukosa yang berfungsi melembapkan udara dan kotoran, sehingga debu
menenpel pada bulu hidung yang berfungsi menyaring udara dari debu. Kemudian
masuk ke nasofaring lalu ke faring, lalu masuk ke trakea, lalu ke cabang trakea
yaitu bronkus, setelah itu masuk ke percabangan bronkus yaitu bronkeolus, lalu
menuju ujung bronkeolus yang terdapat alveolus.
Di
alveolus terjadi pertukaran gas O2 dan CO2, dimana O2 masuk ke pembuluh darah
dan di ikat oleh hemoglobin, di bawa ke jantung dan di sebarkan ke seluruh
tubuh yaitu sel, lalu sisa pernafasan yaitu CO2
dibawa ke jantung dan di pompa ke paru-paru, CO2 keluar dari pembuluh
darah ke alveoli dan dibawa keluar dari tubuh melalui saluran pernafasan.
G. Macam-macam Pernafasan
1. Pernapasan
dada.
Pada saat bernapas, rangka terbesar bergerak. Ini terjadi pada rangka lunak yaitu pada orang-orang muda dan perempuan. Pernafasan dada biasanya tejadi saat lelah, tidur dan orang yang sesak.
2.
Pernapasan perut
Pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka biasanya terjadi pada orang tua. Jika tulang rawannya tidak begitu lembek yang disebabkan banyak zat kapur mengendap di dalamnya dan ini banyak kelihatan pada pria. Biasanya ini terjadi pada saat santai, duduk, dan lain-lain.
H. Fisiologi Pernafasan
1. Pengendalian
pernapasan
Proses
pernapasan dikendalikan oleh kimiawi dan syaraf. Pada proses kimiawi,
karbondioksida merangsang saraf di medulla oblongata dan disalurkan lewat saraf
phrenikus dan saraf interkostalis yang selanjutnya menuju otot-otot pernapasan
(otot diafragma atau interkostalis). Otot ini berkontraksi sehingga terjadilah
pernapasan.
2.
Kecepatan pernapasan
Napas wanita lebih cepat dari pria.
Patokan normalnya sebagai berikut (sumber Fundamental Of Nursing, Lilis Taylor,
Lippincott, 1997) :
a.
Bayi usia< 1 tahun :
30 – 60 X/Menit.
b.
Anak usia 1-5 tahun :
20 – 40 X/Menit
c.
Anak usia 6 – 12 tahun
: 15 – 25 X/Menit
d.
Dewasa : !6 – 20
X/Menit.
3.
Kebutuhan tubuh akan oksigen
Oksigen diperlukan oleh tubuh pada
tingkat metabolisme sel. Sel tubuh yang tidak memperoleh oksigen akan mengalami
kerusakan dan mati. Bila seseorang kekurangan oksigen akan terlihat
kebiru-biruan pada ujung telunjuk tangan, bibir serta ujung telinga.
I.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pernafasan
1. Faktor
Fisiologi
-
Menurunnya kapasitas
pengikatan O2 seperti pada anemia
-
Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi
seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas.
-
Hipovolemia sehingga
tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu.
-
Meningkatnya
metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.
-
Kondisi yang
mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan, obesitas, muskulus
skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor
Perkembangan
Faktor perkembanganTahap
perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhanoksigenasi karena usia
organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak.
-
Bayi prematur : yang
disebabkan kurangnya pembentukan surfactant
-
Bayi dan toddler :
adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
-
Anak usia sekolah dan
remaja : resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
-
Dewasa muda dan
pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
-
Dewasa tua : adanya
proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas
menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor
Perilaku
Perilaku
yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status
nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi,
merokok dan lain-lain.
-
Nutrisi : misalnya pada
obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia
sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arteriosklerosis.-
-
Latihan, exercise akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
-
Merokok : nikotin
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
-
Substance abuse
(alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.
-
Kecemasan : menyebabkan
metabolisme meningkatkan.
4. Faktor
Lingkungan
Kondisi
lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi,seperti faktor alergi,
ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi. Riwayat penyakit : orang yang memiliki riwayat
penyakit paru dan masih diderita hingga kini dan orang yang mengalami perubahan
fungsi pernafasan mengalami berbagai tingkat kesulitan pernafasan di lingkungan
yang berpolusi. Beberapa orang tidak dapat melakukan perawatan diri dalam
lingkungan seperti ini.
-
Suhu lingkungan:
Semakin tinggi suhu lingkungan maka metabolisme tubuh dan peredaran darah
semakin cepat sehingga kebutuhan akan O2 akan semakin tinggi, maka otak akan
memberikan respon untuk bernapas lebih banyak dari yang semula.
-
Ketinggian tempat dari
permukaan laut: Semakin tinggi lingkungan suatu daerah, maka jumlah oksigen
yang tersedia semakin tipis, shingga tubuh harus berusaha mendapatkan O2 lebih
banyak, dengan respon dari otak untuk bernapas lebih cepat.
5. Faktor
Emosi
Percepatan frekuensi nadi merupakan
suatu reaksi tubuh terhadap emosi seperti takut, cemas dan marah. Menerangkan
bahwa kerja jantung dipengaruhi oleh impuls dari pusat yang lebih tinggi di
otak dengan jalan hypotalamus yang menstimulasi pusat cardiac (Penghambat dan
pemacu jantung) di medulla otak. Jaringan penggerak pusat tersebut membawa
impuls ke para sympatis nerves dan sympatis yang kemudian mengirim impuls ke
jantung.
6. Faktor
Kesehatan
Pada orang sehat, sistem cardio vaskuler sering mempengaruhi distribusi oksigen dalam sel tubuh. Penyakit sistem pernafasan dapat menyebabkan hypoxemia, karena hemoglobin membawa oksigen dan karbondioksida.
7. Faktor
Latihan
Latihan fisik atau aktifitas meningkatnya pernafasan dan kebutuhan oksigen dalam tubuh. Mekanisme yang mendasarinya tidak banyak diketahui. Walaupun demikian hal ini menerangkan bahwa beberapa faktor yang terlibat didalamnya antara lain kimiawi, neural dan perubahan.
8. Faktor
Gaya hidup
Olah raga fisik atau
aktivitas fisik meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafsan dan oleh karena
itu juga meningkatkan suplai oksigen didalam tubuh.
J.
Masalah-masalah
umum oksigenasi
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Ventilasi)
Adalah suatu kondisi dimana
individu tidak mampu untuk batuk secara efektif.
2. Kerusakan pertukaran gas (Kerusakan pada fisiologi Difusi)
Kondisi dimana terjadinya
penurunan intake gas antara alveoli dan sistem vaskuler
3. Pola nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Transportasi)
Adalah
Suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi berhubungan dengan perubahan pola
nafas. Hiperpnea atau hiperventilasi akan menyebabkan penurunan PCO2
K. Gangguan /
Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan
kebutuhanoksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau
peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan tanda
sepertikulit kebiruan (sianosis).
Kondisi simtoma kekurangan oksigen pada
jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus
yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Namun, bila
sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kondisi tubuh normal
kembali.
Di dalam tubuh manusia
terdapat suatu sistem kesetimbangan yang berperan dalam menjaga fungsi
fisiologis tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Salah satu proses
adaptasi yang dilakukan oleh tubuh manusia adalah beradaptasi terhadap perubahan
ketinggian yang tiba-tiba. Jika seseorang yang bertempat tinggal di Jakarta
dengan ketinggian 0 km dari permukaan laut (dpl) pergi dengan pesawat terbang
ke Mexico City dengan ketinggian 2,3 km dpl, maka setelah tiba di Mexico City
akan merasa pusing, mual, atau rasa tidak nyaman lainnya.
2. Perubahan Pola Pernapasan
a. Takipnea, merupakan pernapasan
dengan frekuensi lebih dari 24kali per menit. Proses ini terjadi karena
paru-paru dalam keadaanatelektaksis atau terjadi emboli.
b. Bradipnea, merupakan pola pernapasan
yang lambat abnormal, ±10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam
keadaan peningkatan tekanan intracranial yang di sertai narkotik
atausedatif.
c. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh
mengompensasimetabolisme tubuh yang melampau tinggi dengan pernapasan
lebihcepat dan dalam, sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigendalam
paru-paru. Proses ini di tandai adanya peningkatan denyutnadi, napas pendek,
adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasiCO2
dan lain-lain.
d. Kussmaul, merupaka pola pernapasan
cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam
keadaan asidosis metabolic
e. Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh
untuk mengeluarkankarbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alveolar,
sertatidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.
f. Dispnea,
merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapatdisebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan,
kerja berat/berlebuhan, dan pengaruh
psikis.
g.
Ortopnea,
merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau berdiri dan
pola ini sering ditemukan pada seseorang yangmengalami kongesif paru-paru.
h.
Cheyne
stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonyamula-mula nik kemudian
menurun dan berhenti, lalu pernapasandimulai lagi dari siklus baru. Periode apnea
berulang secara teratur.
i.
Pernapasan
paradoksial, merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak
berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektasis.
j.
Biot,
merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengancheyne stokes, akan tetapi
amplitudonya tidak teratur.
k. Stridor, merupakan pernapasan bising
yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya
ditmukan pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring.
3. Obstruksi jalan napas
Obstruksi
jalan napas merupakan suatu kondisi pada induvidudengan pernapasan yang
mengalami ancaman, terkait denganketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini
dpat disebabkan olehsecret yang kental atau berlebihan akibat penyakit
infeksi;immobilisasi; statis skreasi; serta batuk tidak efektif karena
penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), akibat
efek pengobatan sedative, dan lain-lain.Tanda klinis :
a. Batuk tidak efektif atau todak ada
b. Tidak mampu mengelurakan secret di
jalan napas
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
d. Jumlah, irama, dan kedalaman
pernapasan tidak normal
4. Pertukaran gas
Pertukaran
gas merupakan suatu kondisi pada individu yangmengalami penurunan gas, baik
oksigen maupun karbondioksida, antar alveoli paru-paru dan system
vascular. Hal ini dapat disebabkan olehsecret yang kental atau immobilisasi
akibat system saraf; depresisusunan saraf pusat; atau penyakit radang pada
paru-paru. Terjadinyagangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa
penurunankapasitas difusi dapat menyebabkan
pengangkutan O2 dari paru-paruke jaringan terganggu, anemia dengan
segala macam bentuknya,keracunan CO2, dan terganggunya aliran darah. Penurunan
kapasitasdifusi tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya
luas permukaan difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasioventilasi perfusi yang itdak baik.Tanda
klinis:
a. Dispea pada usaha napas
b. Agistasi
c. Lelah, alergi
d. Meningkatnya tahanan vascular
paru-paru
e. Menurunnya saturasi oksigen dan
meningkatnya PaCO27(Sianosis)
L. Pemeriksan Fisik
1. Inspeksi
a. Pemeriksaan
dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
b. Dada
diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
c. Tindakan
dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
d. Inspeksi
thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa,
gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.
e. Catat
jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
f. Observasi
type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma, dan
penggunaan otot bantu pernafasan.
g. Saat
mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase
ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang
memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering ditemukan
pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COPD
h. Kaji
konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter
lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7,
tergantung dari cairan tubuh klien.
i.
Kelainan pada bentuk dada :
1)
Barrel Chest
Timbul
akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP : T
(1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
2)
Funnel Chest (Pectus Excavatum)
Timbul
jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan
jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat
timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
3)
Pigeon Chest (Pectus Carinatum)
Timbul
sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter
AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
4)
Kyphoscoliosis
Terlihat
dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu pergerakan
paru-paru, dapat timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan
muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.
Kiposis
: meningkatnya kelengkungan normal kolumna
vertebrae torakalis menyebabkan klien tampak bongkok.
Skoliosis :
melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral
j.
Observasi kesimetrisan
pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
k. Observasi
retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
2. Palpasi
Dilakukan
untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,
mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk
mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi,
bengkak.
Kaji
juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Vocal
premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.
3.
Perkusi
Perawat
melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada
disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi :
Suara perkusi normal :
Resonan
(Sonor)
Dullness
Tympany
|
:
bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.
:
dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
: musikal, dihasilkan di atas perut yang
berisi udara.
|
|
|
Suara Perkusi Abnormal :
Hiperresonan
Flatness
|
: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara.
:
sangat dullness dan oleh karena itu
nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana areanya
seluruhnya berisi jaringan.
|
4. Auskultasi
Merupakan
pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan suara nafas normal,
suara tambahan (abnormal), dan suara
dengan menggunakan stetoskop.
Suara
nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari
laring ke alveoli, dengan sifat bersih
Suara nafas normal :
a)
Bronchial : sering juga disebut
dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui
suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang
lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti
diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah
suprasternal notch.
b)
Bronchovesikular :
merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar
nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan
ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh
dinding dada.
c)
Vesikular : terdengar lembut, halus,
seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi
terdengar seperti tiupan.
Suara
nafas tambahan :
A)
Wheezing :
terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring,
musikal, suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan
nafas yang menyempit.
B)
Ronchi :
terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar
perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi
kental dan peningkatan produksi sputum
C)
Pleural friction rub :
terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut, suara
seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien
juga mengalami nyeri saat bernafas dalam.
D)
Crackles
§ Fine crackles :
setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup,
terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
§ Coarse crackles :
lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan
terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
M. Hubungan Asam Basa (pH) Dengan
Oksigenasi
1. Rentang
nilai normal
pH
: 7, 35-7,
45
TCO2
: 23-27 mmol/L
PCO2
: 35-45 mmHg
BE
: 0 ± 2 mEq/L
PO2
: 80-100
mmHg
saturasi O2 : 95 % atau
lebih
HCO3
: 22-26 mEq/L
N. Masalah-masalah
oksigenasi
Tabel gangguan asam basa:
Jenis
gangguan
|
pH
|
PCO2
|
HCO3
|
Asidosis
respiratorik akut
|
|
|
N
|
Asidosis
respiratorik terkompensasi sebagian
|
|
|
|
Asidosis
respiratorik terkompensasi penuh
|
N
|
|
|
Asidosis
metabolik akut
|
|
N
|
|
Asidosis
metabolik terkompensasi sebagian
|
|
|
|
Asidosis
metabolik terkompensasi penuh
|
N
|
|
|
Asidosis
respiratorik dan metabolik
|
|
|
|
Alkalosis
respiratorik akut
|
|
|
N
|
Alkalosis
respiratorik tekompensasi sebagian
|
|
|
|
Alkalosis
respiratorik terkompensasi penuh
|
N
|
|
|
Alkalosis
metabolik akut
|
|
N
|
|
Alkalosis
metabolik terkompensasi sebagian
|
|
|
|
Alkalosis
metabolic terkompensasi penuh
|
N
|
|
|
Alkalosis
metabolik dan respiratorik
|
|
|
|
1. Asido
1. Asidosis Respiratorik
Defenisi :
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang
berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah
sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan
jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang
otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan
lebih dalam.
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak
dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
-Emfisema
-Bronkitiskronis
- Pneumonia berat
- Edemapulmone
- Asma.
-Bronkitiskronis
- Pneumonia berat
- Edemapulmone
- Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit
dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
2. Asidosis Metabolik
Defenisi :
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang
berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam
darah.
Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga
pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi
lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam
dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika
tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis
berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan
kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika
mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.Sebagian
besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.Contohnya
adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak
melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak
mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya.Bahkan jumlah asam yang
normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara
normal.Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus
renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA),
yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita
kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik:
a. Gagal ginjal
b. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
c. Ketoasidosis diabetikum
d. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
e. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis
salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
f. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran
pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.
Defenisi :
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana
darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan
kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi,
yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari
aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan
adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
- rasa nyeri
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.
Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah
memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat
pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri,
diberikan obat pereda nyeri.Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan
kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah
penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk
menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan
kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu
rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan
membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan
alkalosis respiratorik.
Defenisi :
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah
dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan
terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi
pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti
soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila
kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan
ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau
akibat penggunaan kortikosteroid).
N. Metode Pemberian
(Oksigen) O2
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem aliran rendah
Tehnik system aliran rendah diberikan
untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang
bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien.
Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2
tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien
dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah ini adal;ah
: (1) kataeter naal, (2) kanula nasal, (3) sungkup muka sederhana, (4) sungkup
muka dengan kantong rebreathing, (5) sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :
a.
Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara
kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
-
Keuntungan
Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan
berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
-
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang
lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula
nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir
nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.
b. Kanula nasal
Merupakan
suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1 – 6
L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
-
Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan
laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas
makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
-
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih
dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas
karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
c. Sungkup muka sederhana
Merupakan alat
pemberian O2
kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan konsentrasi O2 40 –
60%.
-
Keuntungan
Konsentrasi
O2 yang
diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi
dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol.
-
Kerugian
Tidak
dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2
jika aliran rendah.
d. Sungkup
muka dengan kantong rebreathing
Suatu
tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8
– 12 L/mnt
-
Keuntungan
Konsentrasi
O2 lebih
tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir
-
Kerugian
Tidak
dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Merupakan
tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99% dengan aliran 8 –
12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
-
Keuntungan :
Konsentrasi
O2 yang
diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
-
Kerugian
Kantong
O2 bisa
terlipat.
2. Sistem aliran tinggi
Suatu
tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak
dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan
konsentrasi O2
yang lebihtepat dan teratur.
Adapun
contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury.
Prinsip
pemberian O2
dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju
ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga
tercipta tekanan negatif, akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran udara
yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt
dengan konsentrasi 30 – 55%.
-
Keuntungan
Konsentrasi
O2 yang
diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi
perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat
dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2
-
Kerugian
Kerugian
system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran
rendah.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan
metabolism sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau
sel.
-
Proses Oksigenasi :
v TransfortasiGas
v Ventilasi
v DifusiGas
-
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
v Saraf
Otonomik
v Alergi
pada SaluranNapas
v Perkembangan
v Perilaku
v Li ngku ngan
-
Jenis Pernapasan
v Pernapasan Eksternal
v Pernapasan
Internal
-
2 kelainan utama dalam
keseimbangan asam basa
v Asidosis
v Alkalosis
B. Saran
Kebutuhan
dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Untuk itu diharapkan
bagi calon perawat agar dapat meningkatkan pelayanan pemenuhan kebutuhan
manusia dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/29823597/MAKALAH-konsep-dasar-manusia
Allen,
CarolVestal, 1998,MemahamiProses Keperawatan DenganPendekatan
Latihan,, alih
A.Aziz Alimul
H.Pengantar Kebutuhan DasarManusia. SalembaMedika. 2006 .
Jakarta.
Greven, Ruth, 1999, fundamental of
nursing: human health and function,
Philadelphia: lippincott. bahasa
Cristantie Effendy, Jakarta:
EGC
Dochterman, Bulecheck. 2004.
Nursing Intervention Classification. United States
of America : Mosby.
Moorhead S, Johnson M, Maas M,
Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes
Classification. United States of
America : Mosby
North
American Nursing Diagnosis Association
(NANDA). 2010. Diagnosis
Keperawatan 2009-2011. Jakarta :
EGC.
Potter,
Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar