BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Norma adalah aturan-aturan atau pedoman
sosial yang khusus mengenai tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan di lingkungan kehidupannya. Dari sudut
pandang umum sampai seberapa jauh tekanan norma diberlakukan oleh
masyarakat,norma dapat di bedakan menjadi 5 yaitu, Norma
sosial, Norma
hukum, Norma
sopan santun, Norma
agama, dan
Norma moral. Ke
limanya ini sangat bermakna dalam kehidupan kita sehari – hari, dan
juga berperan penting dalam mengatur segala sesuatu perundang – undangan di
indonesia.Khususnya hukum di Indonesia.
B. Tujuan
1. Supaya
mahasiswa dapat memahami dan mempraktekkan konsep-konsep nilai, norma, budaya
dan agama kepada masyarakat
2. Supaya pembaca
dapat memahami konsep-konsep yang penting diperhatikan dalam berhadapan dengan
pasien
C. Rumusan
Masalah
1. Menjelaskan
pengertian konsep nilai dan hubungannya dengan keperawatan
2. Menjelaskan pengertian konsep norma dan hubungannya
dengan keperawatan
3. Menjelaskan
pengertian konsep budaya dan hubungannya dengan keperawatan
4. Menjelaskan
pengertian konsep agama dan hubungannya dengan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Nilai
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap
menolong memiliki nilai baik,
sedangkan mencuri bernilai buruk.
Woods mendefinisikan nilai
sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan
tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk,
pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan yang
dianut masyarakat. tak heran apabila antara
masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.
Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih menyukai persaingan karena
dalam persaingan akan muncul pembaharuan-pembaharuan. Sementara apda masyarakat
tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan
mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun.
Drs. Suparto
mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di
antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan
masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga
berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan
sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan
harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil
berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga
berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu
anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi
sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya
mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.
Ada beberapa pengertian tentang nilai, yaitu sebagai berikut:
1.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang
dipegang sedemikian rupa oleh seseorang sesuai denagn tututan hati nuraninya
(pengertian secara umum)
2. Nilai
adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang
kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau prilaku
yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna pada kehidupan
seseorang (simon,1973).
3. Nilai
adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran atau
keinginan mengenai ide-ide, objek, atau prilaku khusu (Znowski, 1974)
a. Nilai merupakan suatu ciri, yaitu sebagai berikut:
1) Nilai-nilai
membentuk dasar prilaku seseorang
2) Nilai-nilai
nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola prilaku yang konsisten.
3) Nilai-nilai
menjadi kontrol internal bagi prilaku seseorang.
4) Nilai-nilai
merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang secara
intelektual diyakinkan tentang sutu nilai serta memegang teguh dan mempertahan
kannya.
Untuk praktik sebagai perawat profesional, diperlukan nilai-nilai yang sesuai dengan kode etik profesi, antara lain dengan:
1) Menghargai
martabat individu tanpa prasangka.
2) Melindungi
seseorang dalam hal privasi
3) Bertanggung
jawab untuk segala tindakannya
Seorang perawat yang menghargai hak privasi pasien akan menerapkan kepada pasien, sebagai berikut:
1) Menutup
area untuk mandi dan pengobatan
2) Menutup
pasien untuk prisedur tertentu
3) Menyediakan
tempat konsultasi bagi pasien dcengan pemuka agama atau anggota keluyarga yang
sedang sedih
b.
Nilai-
Nilai yang Sangat Diperlukan Oleh Perawat
1).Kejujuran
2) Care
3) empati
4).Lemah Lembut
5).Ketepatan setiap tindakan
6). Menghargai orang lain
7) altruisme
8) berbuat baik
9) keadilan
10) jujur
c. Metode Mempelajari Nilai-Nilai
Menurut teori
klasifikasai nilai-nilai, keyakinan atau sikap dapat menjadi suatu nilai
apabila keyakinan tersebut memenuhi tujuh kriteria sebagai berikut:
1)
Menjunjung dan menghargai keyakkina dan rilaku
seseorang
2)
Menegaskan didepan umum , apabila cocok
3)
Memilih dari berbagai alyernatif
4)
Memilih setelah mempertimbangkan konsekuensinya
5)
Memilih secara bebas
6)
Bertindak
7)
bertindak denngan pola konsisten
d. Keyakinan
Ada beberapa pengertian tentang keyakinan, yaitu sebagi berikut:
Ada beberapa pengertian tentang keyakinan, yaitu sebagi berikut:
1) Keyakinan
adalah sesuatu yang diterima sebagai kebenaran melalui pertimbangan dan
kemungkinan, tidak berdasarkan kenyataan
2) Keyakinan
merupakan pengorganisasian konsep kogniti, misalnya individu memegang keyakinan
yang dapat dibuktikan melalui kejadian yang dapat dipercaya
3) tradisi
rakyat atau keluarga merupakan keyakinan yng berjalan dari satu generasi ke
generasi yang lain
e. Sikap
Sikap adalh suasana perasaan atau
sifat, dimana prilaku yang ditujukan kepada orang, objek, kondisi atau situasi,
baik secaa tradisional maupun nulai atau keyakinan. Sikap dapat diajarkan
melalui cara:
1)
Memberi contoh, teladan atau model peran
Setiap individu belajar dari
seperangkat contoh melaui prilaku orang lain yang diterimanya,
2)
Membujuk atau meyakinkan
Membujuk atau meyakinkan seseorang
mempunyi dasar kognitf. Hal ini tidak terkait dengan aspek emosional dari
prilaku seseorang.
3)
Mengajarkan melalui budaya
Budaya dan agama mempengaruhi prilaku
seseorang tanpa pilihan. Setiap individu dapat menerima keyakinan tersebut
4)
pilihan terbatas
Prilaku seseorang dikontrol dengan
membatasi pilihan seseorang dengan tidak mempunyai pilihan secara bebas
5)
Menetapkan melalui peraturan-peraturan
Ketentuan dan peraturan yang
digunakan untuk mengontrol prilaku seseorang adalah sebagai berikut:
a)
Prilaku yang dipelajari biasanya dapat diterima secara
sosial dan diterapkan dalam situasi yang sama dengan waktu yang akan dating
b)
Berprilaku dalam cara tertentu karena takut diberi
sanksi, sehingga tidak mempertimbangkan nilai benar atau salah
c)
Menggunakan nilai untuk mengarahkan prilakunya, berarti
dapat membedakan baik dan buru, benar atau salah
f. Mempertimbangkan
dengan hati nurani
Orang sering mempelajari seperangkat
norma prilaku yang dianggap benar. Kegagalan untuk Mengikuti norma ( hati
nurani ) dapat mengakibatkan perasaan bersalah
Pelaksanaan
Etik Dan Moral Dalam Pelayanan Klinis Keperawatan
Aplikasi dalam
praktek klinis bagi perawat/bidan diperlukan untuk menempatkan nilai-nilai dan
perilaku kesehatan pada posisinya. Perawat bisa menjadi sangat frustrasi bila
membimbing atau memberikan konsultasi kepada pasien yang mempunyai nilai-nilai
dan perilaku kesehatan yang sangat rendah. Hal ini disebabkan karena pasen
kurang memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama yang dilakukan oleh
perawat adalah berusaha membantu pasen untuk mengidentifikasi nilai-nilai dasar
kehidupannya sendiri.
Sebagai ilustrasi
dapat dicontohkan kasus sebagai berikut: Seorang pengusaha yang sangat sukses
dan mempunyai akses di luar dan dalam negeri sehingga dia menjadi sibuk sekali
dalam mengelola usahanya. Akibat kesibukannya dia sering lupa makan sehingga
terjadi perdarahan lambung yang menyebabkan dia perlu dirawat di rumah sakit.
Selain itu dia juga perokok berat sebelumnya. Ketika kondisinya telah mulai
pulih perawat berusaha mengadakan pendekatan untuk mempersiapkannya untuk
pulang. Namun perawat menjadi kecewa, karena pembicaraan akhirnya mengarah pada
keberhasilan serta kesuksesannya dalam bisnis. Kendati demikian upaya tersebut
harus selalu dilakukan dan kali ini perawat menyusun list pertanyaan dan
mengajukannya kepada pasen tersebut. Pertanyaannya, “Apakah tiga hal yang
paling penting dalam kehidupan bapak dari daftar dibawah ini ?” Pasen diminta
untuk memilih atas pertanyaan berikut:
1.
Bersenang-senang dalam kesendirian (berpikir, mendengarkan
musik atau membaca).
2.
Meluangkan waktu bersama keluarga.
3.
Melakukan aktifitas seperti: mendaki gunung, main bola
atau berenang.
4.
Menonton televisi.
5.
Membantu dengan sukarela untuk kepentingan orang lain.
6.
Menggunakan waktunya untuk bekerja.
B. Konsep Norma
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan dalam hidup sehari-hari, berdasarkan suatu alasan (motivasi) tertentu
dengan disertai sanksi Sanksi adalah ancaman/akibat yang akan diterima apabila norma
tidak dilakukan (Widjaja, 1985: 168).
Norma
adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai tingkah laku,
sikap, dan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di
lingkungan kehidupan manusia. Norma juga merupakan aturan yang berlaku di
kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan
masyarakat yang aman, tertib dan sentosa. Namun masih ada segelintir orang yang
masih melanggar norma-norma dalam masyarakat, itu dikarenakan beberapa faktor,
diantaranya adalah faktor pendidikan, ekonomi dan lain-lain. Dengan norma,
masyarakat memasukkan aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur
untuk menilai sesuatu.
Walaupun nilai moral biasanya menumpang pada nilai- nilai
lain, namun ia tampak seperti sebuah nilai baru, bahkan sebagai nilai yang
paling tinggi. Nilai moral memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berakaitan
dengan tanggung jawab kita
Nilai moral berkaitan dengan pribadi
manusia. Yang khusus menandai nilai moral adalah bahwa nilai ini berkaitan
dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab. Nilai-nilai moral mengakibatkan
bahwa seseotang bersalah atau tidak bersalah, karena ia bertanggung jawab.
Suatu nilai moral hanya dapat diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan yang
sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang yang bersangkutan
b. Berkaitan
dengan hati nurani
Semua nilai minta untuk diakui dan
diwujudkan. Nilai selalu mengandung semacam undangan atau imbauan. Salah satu
ciri khas nilai moral adalah bahwa hanya nilia ini menimbulkan “suara” dari
hati nurani yang menuduh kita bila mita meremehkan atau menentang nilai-nilai
moral dan memuji kita bila mewujudkan nilia-nilia moral.
c. Mewajibkan
Berhubungan erat dengan ciri bahwa nilai-nilai moral mewajibkan kita secara absolut dan dengan tidak bisa ditawar-tawar. Dalam nilai moral terkandung suatu imperatif kategoris, Sedangkan nilai-nilai lainnya hanya berkaitan dengan imperatif hipotesis. Artinya, kalu kita ingin merealisasikan nili-nilai lain kita harus menempuh jalan tertentu.
Berhubungan erat dengan ciri bahwa nilai-nilai moral mewajibkan kita secara absolut dan dengan tidak bisa ditawar-tawar. Dalam nilai moral terkandung suatu imperatif kategoris, Sedangkan nilai-nilai lainnya hanya berkaitan dengan imperatif hipotesis. Artinya, kalu kita ingin merealisasikan nili-nilai lain kita harus menempuh jalan tertentu.
d. Bersifat
formal
Nilai moral tidak merupakan sutau
jenis nilai yang bisa ditempatkan begitu saja disamping nilai-nilai jenis
lainnya. Nilai-nilai moral tidak membentuk suatu kawasan khusus yang terpisah
dari nilai-nilai lain. Nilai-nilia moral tidak memiliki “isi” tersendiri,
terpisah dari nilai-nilai lain. Tidak ada nilai-nilai moral yang “murni”,
terlepas dari nilai-nilai lain. Hal itulah yamg kita maksudakan dengan
mengatakan bahwa nilai moral bersifat formal.
- Norma Moral
Dalam bahasa latin
arti yang pertama adalah Carpenters square: siku-siku yang dipakai tukang kayu
untuk mengcek apakah benda yang dikerjakan sungguh-sungguh lurus. Asal-usul ini
membantu kita untuk mengerti maksudnya. Dengan norma kita maksudkan aturan atau
kaidah yang kita pakai sebagai tolak ukur untuk mengukur sesuatu. Ada tiga
macam norma umum, yaitu norma kesopanan atau etiket, norma hukum dan norma
moral. Etiket misalnya benar-benar mengandung norma yang mengatakan apa yang harus
kita lakukan. Norma hukum juga merupakan norma penting yang menjadi kenyataan
dalam setiap masyarakat. Norma moral menentukan apakah prilaku kita baik atau
buruk dari sudut etis.
Karena itu norma
moral merupakan norma tertinggi, yang tidak bisa ditaklukan pada norma lain.
Masalah-masalah yang
biasa disebut “relativisme moral’
a. Relativisme
moral tidak Tahan uji
Norma-norma moral tidak pernah
mengawang-awang diudara, tapi tercantum dalam suatu sistem etis yang menjadi
bagian suatu kebudayaan. Dengan relativisme moral dimaksudkan pendapat bahwa
moralitas sama saja dengan adat kebiasaan, sehingga suatu etika tidak lebih
baik daripada etika lain. Relativisme moral tidak tahan uji, jika diperiksa
secara kritis. Kritik ini bisa dijalankan dengan memperlihatkan konsekuensi-konsekuensi
yang mustahil.
b. Norma
moral bersifat obyektif dan universal
Norma moral pada dasarnya absolut,
maka mudah diterima juga bahwa norma itu bersifat obyektif dan universal
1. Obyektifitas
norma moral
2. Universalitas
Norma Moral
c. Menguji
norma moral
Tes yang paling penting yang kita
miliki untuk menguji benar tidaknya norma moral adalah generalisasi norma.
Norma moral adalah benar jik bisa digeneralisasikan dan tidak benar jika tidak
bisa digeneralisasikan . Menggeneralisasikan norma berarti memperlihatkan bahwa
norma itu berlaku untuk semua orang. Bila bisa ditujukan bahwa suatu norma
bersifat umum, maka norma itu sah sebagai norma moral.
Norma dasar terpenting: Martabat manusia
Dalam mengusahakan refleksi tentang
martabat manusia ini sekali lagi kita mengikuti filsuf jerman, Imanuel Kant.
Menurut kant, kita harus menghargai martabta manusia, karena manusia adalah
satu-satunya makhluk yang merupakan tujuan pada dirinya. Benda jasmani kita
gunakan untuk tujuan-tujuan kita.
C. Konsep Budaya/ Kebudayaan
1. Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami
kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme
kasar" di Amerika, "keselarasan
individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif"
di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut
membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan
nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan
suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
2.
Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu
yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
a.
Unsur-unsur kebudayaan
Ada beberapa
pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara
lain sebagai berikut:
1.
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki
4 unsur pokok, yaitu:
1) alat-alat
teknologi
2) sistem ekonomi
3) keluarga
4) kekuasaan
politik
2.
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi:
1) sistem norma
sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
2) organisasi
ekonomi
3) alat-alat dan
lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga
pendidikan utama)
4)
organisasi kekuatan (politik)
perlunya perawat mempelajari konsep budaya
atau kebudayaan
1. Supaya perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan sesuai keinginan pasien
2. Agar si klen merasa nyaman dengan
tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan
3. Supaya tidak terjadi kesalah pahaman
antara sikloen dengan siperawat
4. Agar perawat mengetahui kebutuhan
pasien
5. Perawatan dapat berjalan dengan baik
D. Konsep Agama
Agama merupakan system keyakinan dan praktik yang
terorganisasi. Agama memberi satu caraekspresi spiritual yang memberikan
pedoman kepada penganutnya dalam berespons terhadap pertanyaan dan tantangan
hidup. Menurut Vardey (1995, ham, xv) agama yang terorganisasi memberikan :
a. Rasa keterikatan komunitas dengan keyakinan yang sama
b. kajin bersama kitab suci (
taurat, injil, alkitab, dll)
c. pelaksanaan ritual
d. penggunaan disiplin dan
praktik, firman dan sakramen
e. menjaga jiwa seseorang (
seperti berpuasa, berdoadan meditasi)
Banyak praktik dan ritual agama
tradisional dikaitkan dengan kejadian hidup, seperti kelahiran, peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, pernikahan, penyakit, dan kematian. Pedoman
pelaksanaan agama yang biasa dipengaruhi secara bersama oleh budaya, dapat juga
diterapkan pada kehidupan sehari-hari, seperti pakaian, makanan, interaksi
social, menstruasi, dan hubungan seksual.
Pekembangan
keagamaan individu mengacu pada penerimaan
keyakinan, nilai, pedoman pelaksanaan, dan ritual tertentu. Perkembangan agama
dapat atau mungkun sejajar dengan pekembangan spiritual. Sebagai contoh,
seseorang dapat mengikuti praktik agama tertentu dan belum dapat menginternalisasi makna simbolik
dibalik praktik tersebut. Namun, perkembangna agama sering kali dapat menjadi
pondasi dan meningkatkan spiritualitas dengan memberikan sisitem keyakinan yang
dapat menunjukkan arah pertumbuhan kepada penganutnya. Sebagai contoh, penganut
agama Kristen yang beribadah setiap hari membawa penganutnya ke dalam hubungan
langsung dengan pertanyaan yang sangat dalam mengenai kehidupan beberapa kali
sehari.
Agnostic
adalah orang yang meraguka keberadaan Tuhan atau yang Maha Tinggi atau meyakini
bahwa keberadaan Tuhan belum terbukti. Ateis adalah orang yang tidak meyakini
adanya Tuhan. Monoteisme adalah keyakinan akan keberdaan satu Tuhan, sementara
politeisme adalah keyakinan terhadap lebih dari satu Tuhan.
Praktik Spiritual yang
Memengaruhi Asuhan Keperawatan
a. Kitab Suci
Setiap
agama memiliki tulisan sakral dan kitab yang menjadi pedoman keyakinan dan
perilaku penganutnya ; sselain itu, tulisan sakral sering kali menyampaikan
cerita instrutif mengenai para pemimpin agama, raja-raja dan pahlawan. Pada sebagian
besar agama, tulisan ini dianggap sebagai ucapan Sang Khalik yang ditulis para
Nabi atau Khalifah. Umat kristiani memiliki kitab suci Injil,umat Yahudi memiliki
kitab suci taurat dan tamud, dan umat muslim memiliki kitab suci alquran, umat
Hindu memiliki beberapa kitab suci, atau weda ; dan umat Budda mengimani ajaran
yang ada di Tripitaka. Naskah tersebut secra umum menetapkan hukum-hukum
keagamaan dalam bentuk peringatan dan peraturan untuk hidup ( mis, 10 perintah
Tuhan). Hukum keagamaan tersebut dapat diinterpretasi dalam berbagai cara oleh
sub kelompok penganut agama dan dapat memengaruhi keinginan klien untuk
menerima anjuran penanganan; sebagai contoh transfusi darah dilarang pada
ajaran saksi Jahovah.
Individu
sering kali mendapat kekuatan dan harapan asetelah membaca buku-buku keagamaan/
kitab suci saat mereka sakit atau saat mengalami krisis. Contoh cerita
keagamaan yang dapat memberikan kenyamanan bagi klien adalah penderitaan Nabi,
baik pada Kitab Suci Yahudi maupun
Kristiani, dan penyembuhan yang dilakukan Yesus pada orang-orang yang mengalami
penyakit fisik atau mental, dalam perjanjian baru.
b. Simbol sakral
Simbol sakral mencakup
perhiasan, liontin, tasbih, lambang, patung, atau ornamen tubuh (mis, tato)
yang memiliki makna keagamaan atau spiritual. Simbol tersebut da[at digunakan
untuk menunjukkan keyakinan seseorang, untuk mengingatkan pemakainya akan
keyakinannya, untuk memberikan perlindungan spiritual, atau untuk menjadi
sumber kenyamanan atau kekuatan, individu dapat menggunakan liontin keagamaan
sepanjang waktu, dan mereka mungkin berharap untuk mengenakannyasaat menjalani
studi diagnostik, penanganan medis, atau pembedahan. Orang Katolik Romadapat
memekai Rosario untuk berdoa; umat muslim dapat membawa tasbih.
c. Doa dan Meditasi
Individu dapat memakai lambang atau patung
keagan\maan di dalam rumah, di mobil, atau di tempat kerja sebagai pengingat
pribadi terhadap keyakinan mereka atau sebagai bagian tempat personal untuk
sembahyang dan meditasi. Klien yang dirawat inap atau yang menjalani pengobatan
di fasilitas perawtan jangka panjang mungkin berharap untuk diperbolehkan
membawa atau memajang simbol spiritual berupa ( Gill, 1987, hlm, 489). Beberapa
orang meragukan defebisi tersebut karena menurut defenisi tersebut, doa mewajibkan
orang yang berdoa memiliki keyakinan pada Tuhan atau entitas spiritual, padahal
tidak semua orang yang berdoa memilikinya. Sementara itu, beberapa orang
menganggap doa sebagai fenomena universal yang tidak mewajibkan keyakinan
tersebut.
Beberapa
agama memiliki doa-doa resmi dicetak dalam buku doa, seperti Book of Common Prayer di gereja
Anglikan/ Episkopal dan Missal di geraja katolik. Beberapa doa
keagamaan dikaitkan dengan sumber keyakinan; sebagai contoh, Doa Bapa Kami
untuk umat Kristiani disampaikan kepada Yesus, dan manusia paling mulia bagi
umat muslim adalah Muhammad.
Beberapa
agama mewajibkan ibadah setiap hari atau menetapkan waktu spesifik untuk berdoa
dah beribadah; sa;at lima waktu bagi umat muslim. Mereka mungkin membutuhkan
waktu tenang tanpa gangguan selama mereka membaca buku doa mereka, menggunakan
Rosario, tasbih, dan ;ambang keagamaan lain yang tersedia bagi mereka.
Meditasi
adalah kegiatan memfokuskan pikiaran
seseorang atau terlibat da;a refleksi diri. Beberapa orang meyakini
bahwa melalui meditasi yang mendalam, seseorang dapat memengaruhi atau
mengontrol fungsi fisik dan psikologis serta perjalanan penyakit.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong profesi
keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau
profesi lain, maka mereka harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam
menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran
profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat
melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional
berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut
akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan terhadap
hak-hak pasen, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan
.Dan setiap perawat harus mampu untuk memahami nilai moral agar dalam bertindak
tidak salah.
Nilai (Nilai Sosial) adalah nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat, mengenai
apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Norma adalah seluruh kaidah dan peraturan yang
diterapkan melalui lingkungan sosialnya. norma sosial adalah sebuah ukuran atau
patokan yang digunakan masyarakat untuk mengukur nilai yang berlaku
Budaya adalah hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia.
Kebudayaan merupakan keseluruhan
pengertian, nilai, norma,
ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Soerjono Soekanto.2006. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Ensiklopedi Indonesia, 16.45, 18 Februari
2009 www.id.wikipedia.org
Arnold,
Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New
York: Macmillan. Third edition, 1882, available online. Retrieved: 2006-06-28.
Barzilai, Gad.
2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legal Identities. University
of Michigan Press.
Boritt, Gabor
S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream.
University of Illinois Press. ISBN 978-0-252-06445-6.
Bourdieu,
Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge
University Press. ISBN 978-0-521-29164-4
http://sangayuudara.wordpress.com/2011/04/05/nilai-dan-norma-dalam-keperawatan/
Kozeir, Erb, Berman, Snyder. 2004. Buku Ajar Fundamental Keperawtan, kpnsepn
proses dan praktik. EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar