Selasa, 12 Maret 2013

Askep CA Paru


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum  kematian  akibat  kanker  pada wanita. Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderun untuk   timbul   di   tempat   jaringan perut sebelumnya (tuberculosis fibrosis ) di dalam paru. Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium saluran napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan.
Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru-paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkiraka bahw terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan \173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak.  Di  RS  Kanker Dharmais Jakarta tahun 41998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Namun, karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20.
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan  yanefektif  dan  mampu  ikut  serta  dalam  upaya  penurunan  angka insiden  kanker paru melalui  upaya  preventif,  promotor,  kuratif dan  rehabilitatif. Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok IV tertarik membahas Asuhan Keperawatan  dengan Kanker Paru..

B.     Tujuan
1.      Mahasiswa  mampu  untuk  memahami  pengertian,  etiologi,  klasifikasi, stadium, , patofisiologi, pemeriksaan diagnostik , penatalaksanaan.
2.      Mahasiswa  mampu  untuk  memberikan  asuhan  keperawatan  pada  klien dengan kanker paru.













BAB II
ISI

A.    TINJAUAN TEORITIS
1.      Tinjauan Teoritis Medis
a.       Defenisi
Tumor paru merupakan  keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi,1995).  
Kanker  paru  merupakan   abnormalitas   dari   sel-se yang  mengalami proliferasi dalam paru
( underwood, patologi, 2000 ).
Karsinoma paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ke tempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul ditempat jaringan parut sebelumnya (tuberkulosis, fibrosis) dalam paru (KMB Vol. 1, 2001).

b.      Anatomi fisiologi
Saluran penghantar udara yang membawa udara kedalam paru adalah hidung,faring, laring,trakea,bronkus dan brankiolus. Ketika masuk rongga hidung,udara disaring,dihangatkan dan dilembabkan.Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior didalam rongga hidung,dan ke superior didalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring.Udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga udara yang mencapai faring hampir bebas debu,bersuhu mendekati suhu tubuh,dan kelembabannya mencapai 100%.
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak udara.Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara (glotis).Glotis merupakan pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah.Pada waktu menelan,gerakan laring ke atas,penutupan glotis,dan fungsi seperti pintu dari epiglotis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring,berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esofagus.
Trakea  disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya +12,5cm (5 inci).Tempat trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina.Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih lebar dibandingkan dengan bronkus utama kiri dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal.
Cabang utama bronkus utama kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis.Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis,yaitu saluran udara terkecil yang tak mengandung alveoli (kantong udara).Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru,yaitu tempat pertukaran gas.Asinus terdiri dari :bronkiolus respiratorius,duktus alveolaris,sakus alveolaris terminalis alveolus (dalam kelompok sakus alveolaris menyerupai anggur,yang membentuk sakus terminalis) dipisahkan dari alveolus didekatnya oleh dinding tipis adalah septum,lubang kecil pada dinding ini dinamakan pori-pori Gehn.
Alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein disebut surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.
Paru-paru ada dua,merupakan alat pernafasan utama.Lobus paru-paru bibagi menjadi beberapa belahan oleh fisura,paru kanan mempunyai 3 lobus dan paru kiri 2 lobus.
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan externa.Oksigen dipungut melalui hidung dan mulut,pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli.Didalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan metabolisme setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea,dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan externa :
a.    Ventilasi pulmoner atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
b.    Arus darah melalui paru-paru.
c.    Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh.
d.   Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler.CO2 lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.


c.       Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
1)      Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2)      Polusi udara
Mereka yang tinggal dikota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa. Karena telah diketahui adanya karsinogen dari industry dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
3)      Diet
Redahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.
4)      Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
5)      Zat-zat yang terhirup ditempat kerja .
Terdapat  insiden  yang tinggi  dari  pekerja  yang  terpapar dengan  karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.
6)      Genetik
Terdapat perubahan / mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru yakni :
-     Proto oncogen
-     Tumor supressor gene
-     Gene encoding enzyme


Teori Onko Genis           
      Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen supresor dalam genom (onkogem). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi) atau penyisipan (insersi) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau nev / erbB2 berperan dalam anti apoptosis. Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Tampilan kromosom gen pada pasien kanker paru yang sudah tercatat dapat dilihat pada tabel.
      Rokok selain sebgai inisiator juga merupakan promotor dan progesor, dan rokok diketahui sangat berkaitan dengan terjadinya kanker paru. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai organ lain.
Predisposisi Inisiator
Gen Supreser Tumor
Gen Supreser Tumor
Promotor
Progresor
Tumor / autonomi
Ekspansi / imetastasis
  

d.      Patofisiologi
Karsinoma bronkogenik menyerupai banyak jenis penyakit paru-paru lain   tidak mempunyai awitan yang khas. Seingkali karsinoma ini menyerupai pereumonitis yang tidak dapat ditanggulangi. Batuk merupakan gejala utama yang seringkali diabaikan oleh pasien / dianggap sebagai akibat merokok / bronkitis. Bila karsinoma bronkus berkembang pada penderita bronkitis kronik, maka batuk timbul lebih sering atau volume sputum bertambah. Hematoptisis merupakan gejala umum lainnya.

 Gejala-gejala awalnya adalah stridor lokal   dispnea ringan yang mungkin diakibatkan oleh obstruksi bronkus.
             Nyeri dada dapat timbul dalam berbagai bukti tapi biasanya dialami sebagai perasaan sakit / tidak enak akibat penyebaran neoplastik kemediastinum.
            Dapat pula timbul nyeri pleuritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran neoplastik / pneumonia. Pembengkakan jari-jari yang timbul cepat merupakan pertanda yang penting karena dapat dikaitkan dengan karsinoma bronogenik. Gejala-gejala umum seperti anoreksia, lelah berkurangnya berat badan merupakan gejala – gejala lanjut. Gejala penyebaran intratoraks / ekstra toraks dapat juga ditemukan saat pasien diperiksa oleh dokter untuk I kalinya. Penyebaran lokal tumor ke struktur mediastinum dapat menimbulkan suara serak akibat terserangnya saraf rekuren, disfagia adkibat keterlibatan esofagus  paralysis hemidiafragma dengan keterlibatan saraf frenikus. Gejala-gejala penyebaran ekstratoraks tergantung dari tempat metastasis. Struktur yang sering tererang adalah kelenjer getah bening skalenus (terutama pada tumor paru perifer), adrenal (50%), hati (30%), otak (20%), ginjal (15%). Tumor sel oat diketahui menghasilkan hormon polipeptida seperti purathornmon, ACTH / ADG sehingga pasien dapat menunjukkan gejala yang menyerupai hiperparatiroidisme, sindrom cushing / penimbunan cairan akibat hiponatermia.

e.       Tanda dan gejala
1)      Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat
2)      Dahak berdarah berubah warna dan makin banyak
3)      Nafas sesak ( pendek )
4)      Sakit kepala , nyeri dada , bahu dan bagian punggung
5)      Kelelahan yang parah

f.       Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :

1)  Karsinoma Bronkogenik.
a)      Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
b)      Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.

c)      Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
d)     Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.

g.      Komplikasi
Adapun beberapa komplikasi dari ca. Paru adalah :
1)      Hemathorak
2)      Pneumothorak
3)      Empiema
4)      Endokarditis
5)      Abses paru
6)      Atelaktasis

h.      Tingkat kanker paru
Tingkatan (staging) kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kelenjar  getah  bening  (N)  dan  penyebaran  jauh  (M).  Beberapa  pemeriksaan tambahan harus dilakukan dokter spesialis paru untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan pertama akan dilakukan foto toraks . Jika pasien membawa foto yang telah lebih dari 1 minggu pada umumnya akan dibuat foto yang baru.   Foto toraks hanya dapat metentukan lokasi tumor, ukuran tumor, dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat dirasakan cukup karena tidak dapat menentukan keterlibatan kelenjar getah bening dan metastasis luar paru.
Bahkan pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang banyak, paru kolaps, bagian luas yang menutup tumor, dapat memungkinakan pada foto, tidak terlihat.   Sama   seperti   pencaria jenis   histologis   kanker,   pemeriksaa untuk menetukan staging juga tidak harus sama pada semua pasien tetapi masing masing pasien mempunyai prioritas pemeriksaan yang  berbeda yang harus segera dilakukan dan tergantung kondisinya pada saat datang.
Staging(Penderajatan atauTingkatan) Kanker Paru

Staging  kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis kanker paru, apakah SLCC atau NSLCC. Tahapan   ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang harus segera diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan lokasi : tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/dinding dada (T), penyebaran kelenjar getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).

Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil  (SLCC)

• Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan pada jaringan disekitarnya.
Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar paru-paru tempat asalnya, atau kanker ditemukan pada organ-organ tubuh yang jauh.

b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)

Tahap tersembunyi,   merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum) pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.
Stadium 0,   merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.
Stadium I,   merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.
Stadium II,  merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar getah bening di dekatnya.
Stadium III,  merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya, seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama atau pun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
Stadium IV,  merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru- paru yang sama, atau  di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.

i.        Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk kanker paru meliputi :adalah pemeriksaan foto dada ulang diperlukan juga untuk menilai doubling time nya. Kebanyakan kanker paru mempunyai doubling time antara 37-465 hari.
2)  Pemeriksaan computer tomograph dan magnetic resonance imaging. Pemeriksaan CT Scan pada dada, karena dapat mendeteksi kelainan atau nodul dengan diameter minimal 3 mm, walaupun positif palsu untuk kelainan sebesar itu mencapai 25 – 60%.
3)  Pemeriksaan Bone Scanning. Pemeriksaan ini diperlukan bila di duga ada tanda-tanda metastasis ke tulang. Insidens metastasis tumor Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) ke tulang dilaporkan sebesar 15%.

j.        Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

1)       Kuratif.
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2)      Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3)      Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4)      Suportif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi   dara da komponen   darah,   oba anti   nyeri   da anti   infeksi. (Ilmu  Penyakit  Dalam,  2001  dan  Doenges,  Rencana  Asuhan  Keperawatan,2000).





Penatalaksanaan klien dengan kanker paru adalah:

1)      Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru paru yang tidak terkena kanker.
a)      Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.
b)      Pneumonektomi pengangkatan paru

Karsinoma bronkogenik  bilaman dengan  lobektomi  tidak  semua lesi bisa diangkat.
c)      Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.
d)     Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e)      Resesi baji.
Tumor   jinak   denga batas   tegas,   tumor   metas   metik,   atau   penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru–paru berbentuk baji (potongan es).
f)       Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.


2)      Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

3)      Kemoterapi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.


















2.      Tinjauan teoritis keperawatan
a.       Pengkajian
1)      Aktivitas/istirahat:Kelemahan ,ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.
2)      Sirkulasi Peningkatan Vena Jugularis, Bunyi jantung: gesekan perikordial(menunjukkan efusi ), takikardia, disritmia.
3)      Integritas Ego: Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang
4)      Eliminasi: Diare yang hilang timbul, peningka tanfrekuensi/ jumlah urine.
5)      Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot Glukosa dalam urine .
6)      Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan. Nyeri abdomen hilang/timbul.
7)      Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi. Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal (area yang mengalami lesi) Hemoptisis.
8)      Keamanan : Demam,  mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.
9)      Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
10)  Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga : adanya riwayat kanker paru, TBC.   Kegagalan untuk membaik.
b.      Diagnosa keperawatan
1)      Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus/viskositas  sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.
2)      Nyeri  b/d lesi dan melebarnya pembuluh darah.
3)      Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai O2 akibat perubahan sruktur alveoli
4)       Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d kurangnya informasi.

c.       Intervensi keperawatan
1)      Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan :
a)      Kehilangan fungsi silia jalan nafas
b)      Peningkatan jumlah/viskositas sekret paru
c)      Meningkatnya tahanan jalan nafas

Kriteria hasil :

§  Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
§  Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
§  Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
§  Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan jalan nafas.




Intervensi :

§  Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
Rasional   :  Penggunaan  otot  interkostal/  abdominal  dan  pelebaran  nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.

§  Observasi penurunan ekspensi dinding dada

Rasional  :  Ekspansi  dad  terbatas  atau  tidak  sama  sehubungan  dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
§  Catat  karakteristik  batuk  (misalnya,  menetap,  efektif,  tak  efektif),  juga produksi dan karakteristik sputum.
Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi  gagal  perbafasan.  Sputum  bila  ada  mungkin  banyak,  kental, berdarah, dan/ atau purulen.
§  Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasiona:  Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasien.
§  Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional  :  Obat  diberikan  untuk  menghilangkan  spasme  bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.

2)      Nyeri
Dapat dihubungkan :
a)      Lesi dan melebarnya pembuluh darah
b)      Invasi kanker pleura, dinding dada

Kriteria hasil
§  Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol
§  Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik
§  Berpartisipasi dalam aktivitas yang diingnkan/ dibutuhkan

Intervensi
§  Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 10..
Rasional        :   Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.

§  Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien..
Rasional            :     Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefektifan intervensi.
§   Catat    kemungkinan    penyebab    nyeri    patofisologi    dan    psikologi.
Rasional           :    Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.

§  Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri
Rasional            :   Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.

§   Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan pengguna teknik relaksasi.
Rasional            :   meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian

3)      Kersakan pertukaran gas
Dapat dihubungkan : Hipoventilasi
Kriteria hasil :
§   Menunjukkan  perbaikan  ventilasi  dan  oksigenisi  adekuat  dengan  GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
§   Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.

Intervensi :
§   Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.
Rasional : Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
§   Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi.
Rasional   : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
§  Kaji adanmya sianosis
Rasional   :   Penuruna oksigenasi   bermakn terjadi   sebelum   sianosis. Sianosis sentral dari organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
§   Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Rasional   :  Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
§   Awasi atau gambarkan seri GDA.
Rasional  :   Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.

4)      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.

Dapat dihubungkan :

§   Kurang informasi.
§   Kesalahan interpr etasi informasi
§   Kurang mengingat
Kriteria hasil
§   Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi
§   Menggambarkan/ menyatakan  diet, obat, dan  program aktivitas.
§   Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan  perhatian medik.
§   Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut

Intervensi
§   Dorong balajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beri informasi dengan cara yang jelas/ ringkas
Rasional    :  sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas baru
§   Beri informsi verbal dan tertulis tentang obat
Rasional    :  pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan.
§   Kaji konseling Nutrisi tentang rencana  makan: kebutuhan makanan kalori tinggi.
Rasional   :  pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksiasehnggan memerlukan peningakatan nutris untuk penyembuhan.
§   Berikan pedooman untuk aktivitas.
Rasional   :  pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahat dan ativitas untuk menigkatkan regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan.
























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Dari pembahasan BAB II diatas dapat disimpulkan bahwa Ca. Paru atau Kanker paru adalah  tumor  paru yang  bersifat ganas dan  merupakan abnormalitas sel-sel yang ada di dalam paru-paru. Dimana ciri-ciri dari penyakit ini adalah batuk berdahak, sesak nafas, sakit kepala dan kelelahan. Dan penatalaksanaannya denagn cara pembedahan, radiasi dan khemotheraphy.

B.     Saran
            Diharapkan kepada masyarakat untuk memegah teguh istillah : lebih baik mencegah daripada mengobati “. Maka dari itu perlu kita menghindari berbagai penyebab penyakit paru.















DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta
Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II
, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
WWW.Asuhan keperawatan dengan pasien CA paru.COM