BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kanker
paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama
akibat kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar
pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai
penyebab paling
umum kematian
akibat kanker pada
wanita.
Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker
paru mengalami penyebaran ketempat limfatik
regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma
cenderung untuk
timbul di
tempat
jaringan perut sebelumnya (tuberculosis
fibrosis ) di dalam
paru. Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium saluran napas. Kanker
paru dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus
kanker paru dapat
dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan.
Selama
50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan
insidensi paru-paru yang
mengejutkan. America Cancer Society
memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun
1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker
paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan \173.000/tahun, di
Inggris
40.000/tahun, sedangkan
di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak.
Di
RS
Kanker
Dharmais Jakarta tahun
41998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara
dan leher rahim. Namun, karena sistem
pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya
belum diketahui tetapi klinik tumor
dan paru di rumah
sakit merasakan benar peningkatannya.
Sebagian
besar kanker paru mengenai pria
(65 %), life time risk
1:13 dan pada wanita 1:20.
Perawat sebagai tenaga
kesehatan
harus mampu memberikan asuhan keperawatan
yang efektif
dan mampu ikut serta
dalam upaya penurunan
angka
insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotor,
kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok IV tertarik membahas
Asuhan
Keperawatan
dengan Kanker Paru..
B.
Tujuan
1. Mahasiswa
mampu
untuk
memahami
pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium, , patofisiologi, pemeriksaan diagnostik , penatalaksanaan.
2. Mahasiswa
mampu untuk memberikan asuhan
keperawatan
pada
klien
dengan kanker
paru.
BAB
II
ISI
A.
TINJAUAN TEORITIS
1. Tinjauan
Teoritis Medis
a. Defenisi
Tumor paru merupakan
keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi,1995).
Kanker
paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami
proliferasi dalam paru
( underwood, patologi, 2000
).
Karsinoma paru
adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Pada hampir 70% pasien kanker
paru mengalami penyebaran ke tempat limfatik regional dan tempat lain pada saat
didiagnosis. Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul
ditempat jaringan parut sebelumnya (tuberkulosis, fibrosis) dalam paru (KMB
Vol. 1, 2001).
b. Anatomi
fisiologi
Saluran penghantar
udara yang membawa udara kedalam paru adalah hidung,faring,
laring,trakea,bronkus dan brankiolus. Ketika masuk rongga hidung,udara
disaring,dihangatkan dan dilembabkan.Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke
posterior didalam rongga hidung,dan ke superior didalam sistem pernafasan
bagian bawah menuju ke faring.Udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupa
sehingga udara yang mencapai faring hampir bebas debu,bersuhu mendekati suhu tubuh,dan
kelembabannya mencapai 100%.
Udara mengalir dari faring menuju laring
atau kotak udara.Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang
dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara (glotis).Glotis merupakan
pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah.Pada waktu
menelan,gerakan laring ke atas,penutupan glotis,dan fungsi seperti pintu dari
epiglotis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring,berperan untuk
mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esofagus.
Trakea
disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya +12,5cm (5 inci).Tempat trakea bercabang menjadi bronkus
utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina.Bronkus utama kanan lebih pendek
dan lebih lebar dibandingkan dengan bronkus utama kiri dan merupakan kelanjutan
dari trakea yang arahnya hampir vertikal.
Cabang utama bronkus utama kanan dan
kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus
segmentalis.Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin
kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis,yaitu saluran udara
terkecil yang tak mengandung alveoli (kantong udara).Setelah bronkiolus
terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru,yaitu tempat
pertukaran gas.Asinus terdiri dari :bronkiolus respiratorius,duktus
alveolaris,sakus alveolaris terminalis alveolus (dalam kelompok sakus
alveolaris menyerupai anggur,yang membentuk sakus terminalis) dipisahkan dari
alveolus didekatnya oleh dinding tipis adalah septum,lubang kecil pada dinding
ini dinamakan pori-pori Gehn.
Alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein
disebut surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi
resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah kolaps
alveolus pada waktu ekspirasi.
Paru-paru ada dua,merupakan alat
pernafasan utama.Lobus paru-paru bibagi menjadi beberapa belahan oleh
fisura,paru kanan mempunyai 3 lobus dan paru kiri 2 lobus.
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida.Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan
externa.Oksigen dipungut melalui hidung dan mulut,pada waktu bernafas, oksigen
masuk melalui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli.Didalam paru-paru
karbondioksida merupakan hasil buangan metabolisme setelah melalui pipa
bronkhial dan trakhea,dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang
berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan externa :
a.
Ventilasi
pulmoner atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara
luar.
b.
Arus
darah melalui paru-paru.
c.
Distribusi
arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat
mencapai semua bagian tubuh.
d.
Difusi
gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler.CO2 lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen.
c. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker
paru :
1)
Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang defenitif
telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari)
dari kanker paru
(karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya
orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya
akan kembali ke pola resiko bukan perokok
dalam waktu sekitar
10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan
dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.
2)
Polusi
udara
Mereka yang tinggal dikota mempunyai
angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa.
Karena telah diketahui adanya karsinogen dari industry dan uap diesel dalam
atmosfer di kota.
3)
Diet
Redahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.
4)
Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang
radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat
kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon.
Bahan ini diduga merupakan agen etiologi
operatif.
5)
Zat-zat yang terhirup
ditempat kerja .
Terdapat
insiden yang tinggi dari
pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic
(pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.
6)
Genetik
Terdapat
perubahan / mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru yakni :
- Proto oncogen
- Tumor supressor gene
- Gene encoding enzyme
Teori Onko Genis
Terjadinya kanker paru didasari oleh
tampilnya gen supresor dalam genom (onkogem). Adanya inisiator mengubah gen
supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi) atau penyisipan (insersi)
sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau nev / erbB2
berperan dalam anti apoptosis. Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel
sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhan yang autonom. Tampilan kromosom gen pada pasien kanker paru yang
sudah tercatat dapat dilihat pada tabel.
Rokok selain sebgai inisiator juga
merupakan promotor dan progesor, dan rokok diketahui sangat berkaitan dengan
terjadinya kanker paru. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetik yang
pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan
sekitarnya bahkan mengenai organ lain.
Predisposisi
Inisiator
|
Gen
Supreser Tumor
|
Gen
Supreser Tumor
|
Promotor
|
Progresor
|
Tumor
/ autonomi
|
Ekspansi
/ imetastasis
|
d.
Patofisiologi
Karsinoma bronkogenik
menyerupai banyak jenis penyakit paru-paru lain tidak mempunyai awitan yang khas. Seingkali
karsinoma ini menyerupai pereumonitis yang tidak dapat ditanggulangi. Batuk
merupakan gejala utama yang seringkali diabaikan oleh pasien / dianggap sebagai
akibat merokok / bronkitis. Bila karsinoma bronkus berkembang pada penderita
bronkitis kronik, maka batuk timbul lebih sering atau volume sputum bertambah.
Hematoptisis merupakan gejala umum lainnya.
Gejala-gejala awalnya adalah stridor
lokal dispnea ringan yang mungkin
diakibatkan oleh obstruksi bronkus.
Nyeri dada dapat timbul dalam berbagai bukti
tapi biasanya dialami sebagai perasaan sakit / tidak enak akibat penyebaran
neoplastik kemediastinum.
Dapat pula timbul nyeri
pleuritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran
neoplastik / pneumonia. Pembengkakan jari-jari yang timbul cepat merupakan
pertanda yang penting karena dapat dikaitkan dengan karsinoma bronogenik.
Gejala-gejala umum seperti anoreksia, lelah berkurangnya berat badan merupakan
gejala – gejala lanjut. Gejala penyebaran intratoraks / ekstra toraks dapat
juga ditemukan saat pasien diperiksa oleh dokter untuk I kalinya. Penyebaran
lokal tumor ke struktur mediastinum dapat menimbulkan suara serak akibat
terserangnya saraf rekuren, disfagia adkibat keterlibatan esofagus paralysis hemidiafragma dengan keterlibatan saraf
frenikus. Gejala-gejala penyebaran ekstratoraks tergantung dari tempat
metastasis. Struktur yang sering tererang adalah kelenjer getah bening skalenus
(terutama pada tumor paru perifer), adrenal (50%), hati (30%), otak (20%),
ginjal (15%). Tumor sel oat diketahui menghasilkan hormon polipeptida seperti
purathornmon, ACTH / ADG sehingga pasien dapat menunjukkan gejala yang
menyerupai hiperparatiroidisme, sindrom cushing / penimbunan cairan akibat
hiponatermia.
e. Tanda
dan gejala
1) Batuk yang terus
menerus atau
menjadi hebat
2) Dahak
berdarah
berubah warna dan makin banyak
3) Nafas
sesak
( pendek )
4) Sakit kepala , nyeri
dada , bahu
dan bagian punggung
5) Kelelahan yang parah
f. Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk
Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :
1) Karsinoma Bronkogenik.
a)
Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus,
dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa
centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus,
dinding dada dan mediastinum.
b)
Karsinoma sel kecil (termasuk sel
oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
c)
Adenokarsinoma (termasuk karsinoma
sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
d)
Karsinoma sel besar.
Merupakan
sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk
timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.
g.
Komplikasi
Adapun beberapa komplikasi dari ca. Paru adalah :
1)
Hemathorak
2)
Pneumothorak
3)
Empiema
4)
Endokarditis
5)
Abses paru
6)
Atelaktasis
h.
Tingkat kanker paru
Tingkatan (staging)
kanker paru ditentukan oleh tumor (T),
keterlibatan kelenjar getah
bening
(N) dan
penyebaran jauh (M).
Beberapa pemeriksaan
tambahan harus dilakukan dokter spesialis paru
untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan
pertama akan dilakukan foto
toraks . Jika
pasien membawa foto yang
telah lebih dari 1
minggu pada umumnya akan dibuat foto yang baru. Foto toraks hanya dapat metentukan lokasi tumor, ukuran tumor, dan ada
tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat dirasakan cukup karena tidak dapat
menentukan keterlibatan kelenjar getah bening dan metastasis
luar paru.
Bahkan pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang banyak,
paru
kolaps, bagian luas yang menutup tumor, dapat memungkinakan pada foto, tidak
terlihat. Sama
seperti pencarian jenis histologis kanker,
pemeriksaan untuk menetukan staging juga tidak harus sama pada semua pasien tetapi masing
masing pasien mempunyai prioritas pemeriksaan yang berbeda yang harus segera dilakukan dan
tergantung kondisinya pada saat datang.
Staging(Penderajatan atauTingkatan)
Kanker Paru
Staging kanker paru
dibagi berdasarkan jenis histologis kanker
paru, apakah SLCC
atau NSLCC. Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang harus
segera
diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan lokasi :
tumor primer,
keterlibatan organ dalam dada/dinding
dada (T), penyebaran kelenjar getah bening
(N), atau penyebaran jauh
(M).
Tahapan
perkembangan kanker paru dibedakan
menjadi
2, yaitu
:
a.
Tahap
Kanker Paru
Jenis
Karsinoma Sel Kecil (SLCC)
•
Tahap terbatas, yaitu kanker yang
hanya ditemukan
pada satu bagian
paru-paru
saja
dan pada jaringan
disekitarnya.
• Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar paru-paru
tempat asalnya,
atau kanker
ditemukan pada organ-organ tubuh
yang jauh.
b. Tahap
Kanker Paru
Jenis
Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)
• Tahap tersembunyi, merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak
(sputum) pasien di dalam sampel air
saat bronkoskopi, tetapi tidak
terlihat adanya tumor di paru-paru.
• Stadium 0, merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan
terdalam paru-paru
dan tidak bersifat
invasif.
• Stadium I,
merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan
pada paru-paru dan belum menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.
• Stadium II, merupakan tahap kanker yang
ditemukan pada paru-paru dan kelenjar
getah
bening di dekatnya.
• Stadium III, merupakan tahap
kanker yang telah menyebar ke daerah
di sekitarnya, seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama atau
pun sisi berlawanan dari
tumor tersebut.
• Stadium IV, merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-
paru yang sama, atau
di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga
ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin,
hati,
dan tulang.
i.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik
untuk kanker paru meliputi :adalah pemeriksaan foto dada ulang diperlukan juga
untuk menilai doubling time nya. Kebanyakan kanker paru mempunyai doubling time
antara 37-465 hari.
2) Pemeriksaan computer tomograph dan magnetic
resonance imaging. Pemeriksaan CT Scan pada dada, karena dapat mendeteksi
kelainan atau nodul dengan diameter minimal 3 mm, walaupun positif palsu untuk
kelainan sebesar itu mencapai 25 – 60%.
3) Pemeriksaan Bone Scanning. Pemeriksaan ini
diperlukan bila di duga ada tanda-tanda metastasis ke tulang. Insidens
metastasis tumor Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) ke tulang dilaporkan
sebesar 15%.
j.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1) Kuratif.
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2) Paliatif.
Mengurangi dampak
kanker, meningkatkan
kualitas hidup.
3) Rawat
rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun
psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4) Suportif.
Menunjang
pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen
darah, obat anti
nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit
Dalam, 2001 dan
Doenges, Rencana Asuhan
Keperawatan,2000).
Penatalaksanaan klien dengan
kanker paru adalah:
1) Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengangkat semua
jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru –
paru yang tidak terkena kanker.
a) Toraktomi
eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka
penyakit paru
atau toraks khususnya karsinoma,
untuk melakukan biopsi.
b) Pneumonektomi pengangkatan paru
Karsinoma
bronkogenik bilaman dengan
lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c) Lobektomi
(pengangkatan
lobus paru).
Karsinoma
bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa, abses
paru, infeksi jamur
dan
tumor jinak tuberkulosis.
d) Resesi
segmental.
Merupakan
pengankatan satau atau
lebih segmen paru.
e) Resesi
baji.
Tumor jinak
dengan batas tegas, tumor metas
metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru–paru
berbentuk baji (potongan es).
f) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan –
bahan
fibrin dari pleura viscelaris.
2) Radiasi
Pada
beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/
paliatif pada tumor
dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh
darah/
bronkus.
3) Kemoterapi.
Kemoterapi
digunakan untuk
mengganggu
pola
pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru
sel kecil atau dengan metastasi
luas
serta untuk melengkapi
bedah atau terapi
radiasi.
2. Tinjauan
teoritis keperawatan
a. Pengkajian
1)
Aktivitas/istirahat:Kelemahan ,ketidakmampuan,
mempertahankan
kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas
, kelesuan biasanya tahap
lanjut.
2)
Sirkulasi Peningkatan Vena Jugularis, Bunyi jantung: gesekan perikordial(menunjukkan
efusi ), takikardia,
disritmia.
3)
Integritas Ego: Ansietas, takut akan kematian,
menolak kondisi
yang berat,
gelisah,
insomnia, pertanyan yang diulang-ulang
4)
Eliminasi: Diare yang hilang timbul, peningka tanfrekuensi/ jumlah urine.
5)
Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, kesulitan menelan,
haus/peningkatan masukan cairan Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang
bobot Glukosa dalam
urine .
6)
Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana
tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/tangan, nyeri
tulang/sendi, erosi kartilago
sekunder terhadap peningkatan
hormon pertumbuhan. Nyeri
abdomen hilang/timbul.
7)
Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola
batuk dari biasanya ,
peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan
karsinogenik, serak, paralisis pita
suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni
gkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi
atau ekspirasi. Krekels/mengi yang menetap penyimpangan
trakeal (area yang mengalami lesi) Hemoptisis.
8)
Keamanan : Demam,
mungkin
ada/tidak, kemerahan,
kulit pucat.
9)
Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau
impoten.
10)
Penyuluhan/pembelajaran
: Faktor resiko keluarga : adanya riwayat kanker paru,
TBC. Kegagalan untuk membaik.
b.
Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan
jumlah/perubahan mukus/viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan
jalan nafas.
2) Nyeri
b/d lesi dan melebarnya pembuluh darah.
3) Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai O2 akibat
perubahan sruktur alveoli
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi,
tindakan, prognosis b/d kurangnya informasi.
c. Intervensi
keperawatan
1) Bersihan
jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan :
a) Kehilangan
fungsi silia jalan nafas
b) Peningkatan
jumlah/viskositas sekret paru
c) Meningkatnya
tahanan jalan nafas
Kriteria hasil :
§
Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
§
Mempertahankan jalan
nafas paten dengan bunyi nafas
bersih
§
Mengeluarkan
sekret tanpa kesulitan.
§
Menunjukkan
perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan
bersihan jalan nafas.
Intervensi :
§
Catat
perubahan upaya dan
pola bernafas.
Rasional : Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan
pelebaran nasal menunjukkan peningkatan
upaya bernafas.
§
Observasi penurunan ekspensi
dinding dada
Rasional : Ekspansi
dad terbatas atau
tidak
sama
sehubungan dengan
akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi
lobus.
§
Catat
karakteristik batuk (misalnya,
menetap, efektif,
tak
efektif),
juga
produksi dan karakteristik
sputum.
Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/
etiologi gagal
perbafasan.
Sputum
bila ada
mungkin banyak, kental,
berdarah, dan/ atau purulen.
§
Pertahankan posisi
tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional : Memudahkan memelihara
jalan nafas atas paten bila jalan nafas
pasien.
§
Awasi
untuk efek samping merugikan dari
obat, contoh
takikardi, hipertensi,
tremor, insomnia.
Rasional : Obat
diberikan
untuk menghilangkan spasme
bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/
pilihan obat.
2) Nyeri
Dapat dihubungkan :
a)
Lesi dan melebarnya pembuluh
darah
b)
Invasi kanker pleura,
dinding dada
Kriteria
hasil
§ Melaporkan
nyeri hilang/ terkontrol
§ Tampak
rileks dan tidur/ istirahat dengan baik
§ Berpartisipasi
dalam aktivitas yang diingnkan/ dibutuhkan
Intervensi
§ Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala
0 – 10..
Rasional :
Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala
rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan
memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik,
meningkatkan kontrol nyeri.
§ Kaji pernyataan
verbal
dan
non-verbal nyeri
pasien..
Rasional : Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat
memberikan petunjuk derajat nyeri,
kebutuhan/
keefektifan intervensi.
§
Catat
kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan
psikologi.
Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu
takut, distress, ansietas
dan
kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.
§ Dorong menyatakan
perasaan tentang nyeri
Rasional :
Takut/ masalah dapat meningkatkan
tegangan otot
dan menurunkan ambang persepsi
nyeri.
§
Berikan tindakan
kenyamanan. Dorong dan ajarkan pengguna teknik relaksasi.
Rasional
: meningkatkan relaksasi dan
pengalihan perhatian
3) Kersakan
pertukaran gas
Dapat
dihubungkan : Hipoventilasi
Kriteria
hasil :
§ Menunjukkan perbaikan ventilasi dan
oksigenisi
adekuat dengan
GDA dalam
rentang normal
dan bebas gejala distress pernafasan.
§ Berpartisipasi
dalam program
pengobatan,
dalam kemampuan/ situasi.
Intervensi
:
§ Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya
pernafasan
atau perubahan pola nafas.
Rasional
: Dispnea merupakan mekanisme
kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
§
Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan,
misalnya krekels,
mengi.
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada
area
yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan
sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane
alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
§ Kaji adanmya sianosis
Rasional : Penurunan oksigenasi
bermakna terjadi sebelum
sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh,
lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
§
Kolaborasi
pemberian oksigen
lembab sesuai indikasi
Rasional : Memaksimalkan
sediaan oksigen
untuk pertukaran.
§
Awasi atau gambarkan
seri
GDA.
Rasional
: Menunjukkan ventilasi atau
oksigenasi. Digunakan
sebagai dasar
evaluasi
keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan
terapi.
4) Kurang pengetahuan mengenai
kondisi, tindakan,
prognosis.
Dapat
dihubungkan :
§
Kurang informasi.
§
Kesalahan interpr etasi
informasi
§
Kurang mengingat
Kriteria
hasil
§
Menjelaskan hubungan
antara proses penyakit dan terapi
§
Menggambarkan/
menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
§
Mengidentifikasi dengan
benar tanda dan gejala yang memerlukan
perhatian medik.
§
Membuat perencanaan
untuk perawatan lanjut
Intervensi
§
Dorong balajar untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Beri informasi dengan cara yang jelas/ ringkas
Rasional :
sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup
perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas baru
§
Beri informsi verbal
dan tertulis tentang obat
Rasional :
pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memampukan pasien untuk
mengikuti dengan tepat program pengobatan.
§
Kaji konseling Nutrisi
tentang rencana makan: kebutuhan makanan
kalori tinggi.
Rasional :
pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan
berat badan dan anoreksiasehnggan memerlukan peningakatan nutris untuk
penyembuhan.
§
Berikan pedooman untuk
aktivitas.
Rasional : pasien
harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahat dan
ativitas untuk menigkatkan regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen
berlebihan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan BAB II diatas dapat disimpulkan bahwa Ca. Paru atau Kanker paru
adalah tumor paru yang
bersifat ganas dan merupakan
abnormalitas sel-sel yang ada di dalam paru-paru. Dimana ciri-ciri dari
penyakit ini adalah batuk berdahak, sesak nafas, sakit kepala dan kelelahan.
Dan penatalaksanaannya denagn cara pembedahan, radiasi dan khemotheraphy.
B. Saran
Diharapkan kepada masyarakat untuk
memegah teguh istillah : lebih baik mencegah daripada mengobati “. Maka dari
itu perlu kita menghindari berbagai penyebab penyakit paru.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Edisi 3, EGC, Jakarta
Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar