Minggu, 21 Oktober 2012
Minggu, 14 Oktober 2012
askep Miokarditis dan Perikarditis
BAB
I
TINJAUAN TEORITIS MEDIS
A.1.
Pengertian perikarditis
Perikarditis adalah peradangan lapisan paling
luar jantung (membran tipis yang mengelilingi jantung). (H.
Winter Griffith M.D, 1994).
Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal,
perikardium viseral, atau kedua-duanya.(Arif Mansjoer, 2000).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung
baik pada parietal maupun viseral.
A.2. Pengertian
miokarditis
Miokarditis
akut adalah proses implamasi dimiokardium. Jantung merupakan organ otot, jadi,
efisiensinya tergantung pada sehatnya tiap serabut otot. Bila serabut otot
sehat, jantung dapat berfungsi dengan baik meskipun ada cedera katup yang
berat; bila serabut otot rusak, maka hidup dapat terancam. (KMB Vol 2, 2002)
Myocarditis
adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau penyebab
lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis
adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium) (Doenges,
1999).
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah
peradangan/inflamasi otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen
infeksi
B. Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot.
Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai
otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar
yang merupakan selaput pembungkkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga
agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan
makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting dan memberikan
darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri karonaria.
Myokardium
merupakan lapisan tengah otot jantung
Memiliki ciri-ciri :
·
lapisan tengah
jantung
· Terdiri dari 3 macam otot
Terdiri dari 2 lapisan :
1. otot atrium (tipis)
2. otot ventrikel. ventrikel kiri >> tebal dari
ventrikel kanan
3. otot serat khusus
C.1.
Etiologi Miokarditis
Penyebab
dari peradangan pada Miokardium adalah :
1.
Virus
2.
Jamur
3.
Bakteri
4.
Parasit
5.
Protozoa
6.
Spirozeta
7.
Proses hipersensitifitas;seperti demam rematik
C.2.
Etiologi Perikarditis
1. Penyebab idiopatik atau
nonspesifik
2. Infeksi
a. Bakteri : streptokokus,
stapilokokus, meningokokus, gonokokus
b.
Virus : coxsakie, influenza
c. Jamur : riketsia, parasit
3. Kelainan jaringan ikat-sistemik lupus eritematosus, demam
rematik, atritis rematik, poliarteritis.
4.
Keadaan hipersensitivitas-reaksi
imun, reaksi obat, serum sicknes
5. Penyakit
struktur disekitarnya-infark miokardium, aneurisma dissecting, penyakit pleura
dan paru (pneumonia)
6. Penyakit neoplasia
· sekunder
akibat metastasis dari kanker paru dan kanker payudara
· leukemia
· primer
(mesotelioma)
7. Terapi radiasi
8. Trauma-cedera dada, pembedahan
jantung, pemasangan pacemaker
9. Gagal ginjal dan uremia
10. Tuberkulosis
D.1.
Patofisiologi Miokarditis
Kerusakan
miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar.
1)
Invasi langsung ke miokard.
2)
Proses immunologis terhadap miokard.
3)
Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses
miokarditis viral ada 2 tahap :
Fase
akut berlangsung kira-kira satu minggu, dimana terjadi invasi virus ke miokard,
replikasi virus dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan
virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan
natural killer cell (sel NK). Pada fase berikutnya yaitu fase kronis dimana
miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system immune akan diaktifkan
antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat perubahan
permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai
yang berat (FKUI, 1999).
D.2.
Patofisiologi Perikarditis
Proses radang yang terjadi dapat
menimbulkan penumpukan cairan efusi dalam rongga pericardium dan kenaikan
tekanan intracardial,kenaikan tekanan tersebut akan mempengaruhi daya kontraksi
jantung,akhirnya menimbulkan proses fibrotic dan penebalan pericardial,lama
kelamaan terjadi kontriksi pericardial dengan pembentukan cairan,jika
berlangsung secara kronis menyebapkan fibrosis dan klasifikasi.
E.1.
Manifestasi klinis Miokarditis
Gejala miokarditis akut tergantung
pada jenis infeksinya, derajat kerusakan jantung dan kemampuan miokardium
memulihkan diri. Gejala bisa ringan atau tidak ada sama sekali. Pasien mungkin
hanya mengalami kelelahan dan berdebar-debar dan kadang rasa tak nyaman di dada
dan perut atas. Pemeriksaan klinis mungkin memperlihatkan pembesaran jantung,
suara tambahan, irama gallop, dan bising sistolik. Demam dan takikardi sering
ada dan gejala gagal jantung kongestif bisa terjadi. Diagnosa ditegakkan dengan
biopsi jantung.
E.2.
Manifestasi klinis Perikarditis
Gejala yang khas pada perikarditis adalah
nyeri dan tanda yang khas adalah friction rub. Nyeri hampir selalu ada pada
perikarditis akut dan yang paling sering dirasakan di daerah prekordium. Nyeri
biasanya dirasakan dibawah klavikula dan dileher dan daerah scapula kiri. Nyeri
pericardium terasa semmakin berat saat bernafas, merubah posisi tidur, dan
memutar tubuh; nyeri akan berkurang dengan berdiri tegak. Kenyataannya, pasien
lebih menyukai membungkuk ke depan atau duduk. Dispnu dapat terjadi sebagai akibat
kompresi pericardial oleh gerakan jantung, yang berakibat penurunan curah
jantung. Pasien Nampak sangat sakit. Perikarditis sering tidak menimbulkan
gejala selain demam dan friction rub saja.
F.1.
Penatalaksanaan Miokarditis
Pasien diberi pengobatan khusus
terhadap penyebab yang mendasarinya, bila diketahui (mis, penisilin untuk streptokokus hemolitikus), dan dibaringkan di
tempat tidur untuk mengurangi beban jantung. Berbaring juga membantu mengurangi
kerusakan miokardial residual dan komplikasi miiokarditis. Pengobatan pada
dasarnya sama dengan yang digunakan untuk gagal jantung kongestif
Fungsi jantung dan suhu tubuh selalu
dievaluasi untuk menentukan apakah penyakit sudah menghilang dan apakah sudah
terjadi gagal jantung kongestif. Bila terjadi disritmia, pasien harus dirawat
di unit yang mempunyai sarana pemantauan jantung bekesinambungan sehingga
personel dan peralatan selalu tersedia bila terjadi disritmia yang mengancam
jiwa.
Bila terjadi gagal jantung
kongestif, harus diberikan obat untuk memperlambat frekuensi jantung dan
meningkatkan kekuatan kontraktilitas.
-
Pasien dengan miokarditis sangat
sensitive terhadap digitalis. Maka
pasien harus dipantau dengan ketat akan adanya toksisitas digitalis (dibuktikan
dengan adanya disritmia, anoreksia, nausea, muntah, bradikardi, sakit kepala,
malese)
Stoking
elastic dan latihan aktif dan fasif harus dilakukan, karena embolisasi dari
thrombosis vena dan mural trombi dapat terjadi.
F.2.
Penatalaksanaan Perikarditis
1)
Perawatan untuk tindakan observasi.
2)
Tirah baring/pembatasan aktivitas.
3)
Antibiotik atau kemoterapeutik.
4) Pengobatan sistemik supportif
ditujukan pada penyakti infeksi sistemik (FKUI, 1999).
5)
Antibiotik.
6)
Obat kortison.
7) Jika berkembang menjadi gagal jantung
kongestif : diuretik untuk mengurangi retensi ciaran ; digitalis untuk
merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah pembentukan bekuan
(Griffith, 1994).
G.
Pencegahan Miokarditis
Pencegahan penyakit infeksi dengan
imunisasi yang tepat dan penanganan awal nampaknya sangat penting dalam
menurunkan insidensi miokarditis. Setelah mengalami suatu episode miokarditis,
biasanya masih tersisa pembesaran jantung. Aktivitas fisik harus ditingkatkan
dengan perlahan-lahan dan bertahap, dan psien diinstruksikan untuk melaporkan
setiap gejala yang dirasakan saat meningkatkan aktivitasnya, seperti jantung
yang berdenyut cepat sekali. Olahraga kompetitif dan alkohol sama sekali harus
dihindari.
H.
Pemeriksaan Diagnostik
EKG
: Dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia (peninggian
ST dapat terjadi pada kebanyakan lead) depresi PR, gelombang T datar atau
cekung, pencitraan voltase rendah umum terjadi.
Ekokardiogram :
Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertrifi jantung, disfungsi katup,
dilatasi ruang.
Enzim jantung :
CKP mungkin tinggi, terapi iso enzim MB takada.
Angiografi :
dapat menunjukkan stenosis katup dan regurgitasi dan/atau penurunan gerak
dinding.
Sinar X dada :
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltarsi pulmonal.
JDL :
Dapat menunjukkan proses infeksi akut/kronis, anemia.
Kultur darah :
Dilakukan untuk mengisolasi bakteri, virus dan jamur penyebab Zzy
LED :
Umumnya meningkat
Titer ASO :
peninggian pada deman reumatik (kemungkinan pencetus).
Titer ANA :
Positif pada penyakit autoimun, misalnya SLE ( kemungkinan pencetus).
Perikardiosentesis :
Cairan pericardial dapat diperiksa untuk etiologi V infeksi, seperti bakteri,
tuberculosis, infeksi virus atau jamur, SLE, penyakit rheumatoid, keganasan.
I.
Komplikasi
1)
Kardiomiopati kongestif/dilated.
2)
Payah jantung kongestif.
3)
Efusi perikardial.
4)
AV block total.
5)
Trombi Kardiac (FKUI, 1999)
BAB
II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian
adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian
pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
1. Aktivitas / istirahat
Gejala
: kelelahan, kelemahan.
Tanda
: takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
2. Sirkulasi
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit
jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia,
perpindahan TIM (titik impuls maksimal) kiri dan inferior (pembesaran jantung),
kardiomegali, frivtion rub, murmur aortik , irama gallop (S3 dan S4), edema,
DVJ(GJK), petekie (konjungtiva, membrane mukosa), hemoragi splinter (punggung
kuku), nodus osler (jari/ibu jari), lesi Janeway(telapak tangan, telapak kaki).
3. Eleminasi
Gejala
: riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlah urine.
Tanda : urin pekat gelap.
Tanda : urin pekat gelap.
4.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior
(sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan,
berbaring; hilang dengan duduk bersandar kedepan (perikarditis). Tidak hilang
dengan nitrogliserin.
Tanda
: perilaku distraksi, misalnya gelisah.
5.
Pernapasan
Gejala : napas pendek , napas pendek
kronis memburuk pada malam hari (miokarditis).
Tanda : dispnea, DNP (dispnea
nocturnal paroxismal) , batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekel,, dan ronki pernapasan dangkal.
6.
Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri,
jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit
keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik
terhadap sitem GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen
lainnya.
Tanda : demam
Penyuluhan
/ Pembelajaran
Gejala :terapi intravena jangka panjang atau
pengguanaan kateter indwelling atau penyalahgunaan obat parenteral.
Pertimbangan:DRG menunjukkan rerata lama
perawatan ; 4,3 hari (perikaditis) ; 5,5 hari (miokarditis)
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis dan Perikarditis
(Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi
miokardium atau perikardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan
curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi
fungsi ventrikel, akumulasi cairan dalam kantung pericardia.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) kondisi/pengobatan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit, cara untuk mencegah pengulangan atau komplikasi.
C.
Intervensi dan Implementasi
Intervensi
adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono,
1994:20)
Implementasi
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999).
1.
Nyeri
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.
kriteria Hasil :
-
Nyeri berkurang atau hilang
-
Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi :
a.
Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan
dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari
ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot,
menangis.
Rasional : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.
Rasional : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.
b.
Berikan lingkungan yang tenang dan
tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan
kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
Rasional : tindakan ini dapat menurunkan
ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
c.
Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
Rasional
: mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas
individu.
d.
Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai
indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).
Rasional
: dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ;
steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.
e.
kolaborasi pemberian oksigen suplemen
sesuai indikasi.
Rasional
: memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
2.
Intoleransi aktivitas
Tujuan
: pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk
melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
-
Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi
dan Implementasi :
a.
Kaji respons pasien terhadap aktivitas.
Perhatikan adanya perubahan dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea
berkenaan dengan aktivitas.
Rasional : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial.
Rasional : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial.
b.
Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan
frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
Rasional
: membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi
jantung terhadap aktivitas.
c.
Pertahankan tirah baring selama periode
demam dan sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
Rasional : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
d.
Rencanakan perawatan dengan periode
istirahat/tidur tanpa gangguan.
Rasional : memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung.
Rasional : memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung.
e.
Bantu pasien dalam program latihan
progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat
respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
Rasional
: saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan
aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi
komplikasi.
f.
kolaborasi pemberian oksigen suplemen
sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
Rasional : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
3.
Risiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung
Tujuan : mengidentifikasi perilaku untuk
menurunkan beban kerja
jantung.
Kriteria Hasil : - melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
Kriteria Hasil : - melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
- memperlihatkan irama dan frekuensi
jantung stabil.
Intervensi
dan Implementasi :
a.
Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan
frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
Rasional : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
Rasional : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
b.
Pertahankan tirah baring dalam posisi
semi-Fowler.
Rasional
: menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
c. Auskultasi
bunyi jantung, perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.
Rasional
: memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade
jantung.
d.
Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan
aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.
Rasional : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
Rasional : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
Tujuan
: menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil : mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
Kriteria hasil : mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
-
memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi..
Intervensi
dan Implementasi :
a.
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
termasuk orang terdekat.
Rasional : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.
Rasional : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.
b.
Jelaskan efek inflamasi pada jantung,
secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk memperhatikan gejala sehubungan
dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada
pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak biasanya,
peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Rasional : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.
Rasional : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.
c.
Anjurkan pasien/orang
terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan diet ;
pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
Rasional : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
Rasional : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
d.
Kaji ulang perlunya antibiotic jangka
panjang/terapy antimicrobial.
Rasional : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
Rasional : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
D.
EVALUASI
Evaluasi
adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1.
Nyeri hilang atau terkontrol
2.
Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3.
Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
4.
Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Boedihartono,
1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.
Brooker,
Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.
DEPKES.
1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. EGC
: Jakarta.
Doenges,
E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
Dorland,
W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI.
1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
Griffith.
1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.
Nasrul
Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Brunner & suddarth.
2002. Keperwatan Medikal Bedah Ed. 8. EGC, Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)